Materi Presentasi pada Seminar
“Kiamat: Telaah Manusia dan Akhir Peradabannya”
Kerja sama Lentera Filsafat, Departemen Filsafat UI
dan Komafil UI
Auditorium Gd.1 FIB-UI, Selasa, 28 Februari
2012
(Makalah asli dalam bentuk Power Point)
Latar
Belakang
Selama ini publik menilai kultus (cult atau
sect) kiamat sebagai kelompok-kelompok sosial yang aneh,
menyimpang, dan berbahaya. Namun dengan intensifnya
pemberitaan media massa tentang seringnya terjadi bencana dan ramalan kaum
ekologis di satu pihak, dan larisnya pemutaran film fiksi tentang bencana di
pihak lain; publik, sadar atau tidak, telah menelan salah satu ideologi kultus
kiamat yang paling mendasar: kisah kehidupan manusia akan segera berakhir dalam
waktu dekat sebagai akibat atas perilaku manusia yang destruktif.
Tujuan presentasi berikut sederhana saja: terlepas
dari bahayanya kultus kiamat bagi kemanusiaan, sebenarnya secara sosiologis dan
antropologis, mereka sama saja dengan
agama-agama yang dipeluk mayoritas manusia di dunia.
Mengapa mereka hadir dan berkembang? Mungkin
secara tidak langsung merupakan reaksi, suatu upaya untuk merevisi agama-agama
mapan selama ini yang dianggap tidak mampu memberikan orientasi kehidupan yang
jelas, dan gagal menyatukan individu-individu ke dalam suatu ikatan sosial yang
signifikan.
Definisi
Kultus Kiamat
Kultus
atau sekte dalam pengertian netral merujuk pada kepercayaan dan ritual. Kepercayaan merujuk pada asumsi tentang
eksistensi Tuhan, alam semesta, dan manusia; sedangkan ritual
merujuk pada praktik, tata cara standar yang menghubungkan ketiga unsur tadi.
Dari
perspektif tersebut, jelas tidak ada
perbedaan dengan definisi agama.
Namun
dalam pembicaraan sehari-hari, kultus biasanya dikonotasikan sebagai sebagai
suatu kelompok yang memiliki kepercayaan dan praktik yang bertentangan dengan
agama-agama standar, aneh, bahkan berbahaya. Singkatnya, kultus merupakan,
mengikuti terminologi Departemen Agama, aliran sesat dan menyesatkan.
Kepercayaan
Dasar
Ada
sejumlah variasi, berikut adalah beberapa di antaranya:
•
Bahwa bencana merupakan suatu keniscayaan;
•
Bahwa bencana merupakan suatu
hukuman atas perilaku manusia yang sudah menyimpang dari keteraturan yang ditetapkan
‘Tuhan;’
•
Bahwa ada waktu yang pasti kapan terjadinya bencana
tersebut;
•
Bahwa hanya orang yang menjadi anggota suatu kelompok
yang dapat menghindarkan diri dari bencana;
•
Bahwa anggota harus melakukan segala sesuatu untuk menghindarkan diri dari bencana;
•
Walau demikian, menghindarkan bencana bukan berarti
tetap hidup, mereka justru menyambut kematian sebagai tahapan untuk melanjutkan
kehidupan.
Ritual
Seperti agama-agama lainnya, kultus kiamat melakukan praktik
devosi (beribadah, zikir, meditasi, berdoa), purifikasi (puasa), sakrifasi (berderma, berkorban), dan sebagainya. Namun di luar itu mereka juga
melakukan, antara lain mengumpulkan
berbagai keperluan ‘hidup;’ termasuk senjata dan racun untuk ‘bela-diri;’ serta melakukan pembunuhan dan/atau bunuh diri massal.
Karakteristik
Organisasi Kultus Kiamat
•
Kepemimpinan karismatik;
•
Otoritarian;
•
Rekrutmen yang menipu;
•
Pemakaian metode pengubahan pemikiran;
•
Isolasi, baik fisik maupun
psikologis;
•
Tuntutan total atas kebaktian dan kepatuhan;
•
Pemisahan yang tajam antara ‘kita’ (yang baik dan
terselamatkan) dengan ‘mereka’ (yang jahat dan pasti masuk neraka);
•
Bahasa khusus yang hanya dimengerti oleh anggota;
•
Kontrol ketat atas perilaku.
Karakteristik
Pemimpin Kultus Kiamat
•
Dorongan untuk memperoleh kekuasaan dan kekayaan;
•
Pribadi yang bermusuhan, kebencian, dan prasangka;
•
Pribadi yang memberikan penilaian ‘sebatas kulit’ pada orang lain;
•
Orang yang menuntut kepatuhan mutlak pada pimpinan;
•
Orang yang mengartikan kebaikan sebagai
kelemahan;
•
Kecenderungan untuk memanipulasi orang lain;
•
Sulit untuk dipuaskan;
•
Pribadi yang paranoid;
•
Karismatik;
•
Manipulator ulung.
Karakteristik
Anggota Kultus Kiamat: Mengapa Mereka Bergabung?
•
Idealis;
•
Kepribadian sederhana;
•
Pria;
•
Kulit putih;
•
Berusia muda (18-25 tahun);
•
Sekitar 60% pernah mengikuti perguruan tinggi (S-1)
walau hanya 20%-nya yang lulus;
•
Kelas menengah;
•
Pernah bergabung dengan komunitas Kristen atau Yahudi
yang cukup rajin beribadah.
Disfungsi
Kultus Kiamat: Korban Manusia
•
People’s Temple, Jim
Jones, November 1978, melakukan bunuh diri (dibunuh?) yang membawa korban 912 orang di Guyana.
•
The Branch Davidian
Seventh-Day Adventists, David Koresh, 1994, 80 orang anggota bunuh diri
(dibunuh?) di Waco, Texas.
•
Aum Shinrikyo, Shoko Asahara,
1995 membunuh 13 penumpang, mencederai
parah 54 orang dan sekitar 5.000 orang terkena efek gas sarin di kereta api
bawah tanah Tokyo.
•
Heaven’s Gate, Marshal Applewhite, 26 Maret 1997,
melakukan bunuh diri massal yang membawa korban 39 orang.
•
Solar Temple, Michele Tabachnik, 1996-1997, mendorong
bunuh diri para anggotanya sebanyak 74 orang di Swiss, Kanada, dan Perancis.
•
Movement for the Restoration
of the Ten Commandments of God, korban mati sekitar 1.000 orang di Kunungu,
Uganda.
Apa
yang Diberikan Kultus Kiamat kepada Para Anggotanya?
•
Memberikan suatu lingkungan fisik dan sosial yang
terkendali;
•
Mengembangkan berbagai kegiatan komprehensif dalam
suatu ruang terbatas yang memungkinkan terciptanya komunitas;
•
Menekankan hubungan sosial yang intim, akrab
(persaudaraan, kekeluargaan);
•
Berorientasi pada kehidupan individual sehari-hari;
•
Menerapkan peraturan sosial yang jelas dan tegas
sehingga bermakna;
•
Menampilkan sosok Ketuhanan yang konkret dalam diri
seorang pemimpin (reifikasi).
Fungsi
(Laten) Kultus Kiamat
•
Agama-agama arus utama (mainstream) gagal untuk
memberikan makna kepada kehidupan dunia yang kompleks dan berkembang pesat;
•
Agama-agama sekarang gagal menyatukan umat dalam suatu
ikatan yang signifikan;
•
Agama-agama mapan lebih memusatkan perhatian pada isu
dan masalah makro dan abstrak; bukan pada aspek mikro, khusus dan individual.