Materi Kuliah Metode Penelitian Sosial
(MPS) Kualitatif untuk Mahasiswa S1,
Rabu 6 Maret 2013 (materi asli dalam
bentuk Power Point)
Definisi
Informan
•
Sesuai dengan kata yang digunakan, informan adalah
orang yang memiliki informasi tentang subjek yang ingin
diketahui oleh peneliti.
•
Secara teknis, informan adalah orang yang dapat
memberikan penjelasan yang kaya warna, detil, dan komprehensif menyangkut apa,
siapa, di mana, kapan,
bagaimana, dan mengapa, misalnya satu
peristiwa terjadi atau justru tidak terjadi.
•
Lebih jauh,
informan mungkin juga dapat membuat
konseptualisasi atau induksi tentang apa yang selama ini diamatinya.
•
Dan yang tidak boleh dilupakan, informan sebagai ‘jendela’ untuk melihat konstruksi
realitas khas yang merepresentasikan dunia yang berbeda dari apa yang dimiliki
peneliti.
Informan
Kunci dan Parsial
Apa
yang didefinisikan sebagai informan di atas sebenarnya merujuk kepada apa yang
dalam sejumlah literatur disebut sebagai informan kunci (key informant). Ia adalah, seakan-akan, orang yang maha-tahu, mengetahui segala aspek yang ingin dikaji oleh
peneliti.
Namun
dalam banyak kasus, peneliti kemungkinan sulit untuk mengidentifikasi kehadiran
orang semacam itu, kalau tidak dikatakan tidak ada sama sekali. Karena itu,
yang peneliti sering temukan adalah, pada faktanya, informan parsial. Ia
mungkin hanya tahu, misalnya, tentang ‘politik,’ tetapi kurang mengetahui
tentang ’ekonomi,’ bahkan sama sekali tidak
mengetahui tentang ‘agama.’
Hakikat
Informan
•
Informan menempati kedudukan sangat penting dalam
penelitian kualitatif. Sesuai dengan namanya, ia adalah sumber informasi bagi
peneliti. Tanpa informan, tidak ada informasi, dan tanpa informasi jelas tidak
akan ada studi. Seseorang yang membuat laporan tanpa informan, sama saja dengan membuat tulisan fiksi bak cerpen
atau novel; atau, maksimal kalaupun ia
membuat laporan faktual, ia sebenarnya hanya sedang membuat cerita tentang
dirinya sendiri, sebuah ‘otobiografi.’
•
Informan juga adalah pemberi definisi tentang realitas
sosial. Berbeda dengan penelitian kuantitatif, dalam
penelitian kualitatif tidak ada realitas sosial yang berlaku tunggal dan universal. Tugas peneliti untuk
mengekplorasi dan membentangkan realitas yang unik dan fragmental tersebut--
satu upaya yang hanya dapat dilakukan peneliti, bila ia mampu mengerangkeng (mengurung) bias yang muncul dari
perspektifnya.
Kriteria
Pemilihan Informan
•
Ada beberapa kriteria untuk mengetahui apakah
seseorang memiliki kapasitas untuk dipilih sebagai informan:
-
Peran dalam unit
sosial
Dalam banyak situasi, orang
yang memiliki kedudukan strategis dalam komunitas, organisasi, atau masyarakat, jelas mengimplikasikan kemungkinan besar ia mengetahui
banyak informasi. Dengan pertimbangan
tertentu, peneliti harus menghindari informan yang
memiliki posisi marginal atau terasing dari budaya dan struktur
sosialnya sendiri. Namun tentu saja hal itu tidak sepenuhnya berlaku umum.
Orang itu mungkin tidak berkedudukan, namun memiliki akses yang besar untuk
mengetahui informasi, mengingat ia
adalah anggota keluarga, pasangan, anak atau keponakan, atau mungkin
sekretaris, asisten, ajudan, bawahan pada umumnya, bahkan hanya pelayan.
-
Berpengetahuan
Ini adalah kriteria yang paling penting. Seorang informan harus
memiliki pengetahuan, tanpa itu ia hanya
sekadar orang awam, tidak memiliki
sesuatu yang dapat dimanfaatkan peneliti.
-
Kesediaan
Informan hanya bermanfaat bila ia memiliki keinginan untuk menjalin
kerja sama dengan peneliti. Bila ia
menolak menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, betapa pun berharganya
informasi yang dimilikinya, ia sama sekali tidak bermafaat bagi peneliti.
-
Komunikatif
Informan harus memiliki kemampuan untuk menyampaikan informasinya dalam
suatu bahasa yang dapat dimengerti oleh peneliti. Tanpa itu, peneliti dapat
memperoleh pemahaman yang keliru, bahkan salah sama sekali.
-
Objektivitas
Informan adalah orang yang mampu membedakan pandangan dirinya dengan
pihak lain, dan tidak memiliki tujuan tersendiri bagi kepentingannya.
Jumlah
Informan dan Purposivitas
•
Pengetahuan yang mendalam tentang subjek yang ingin diteliti sering kali tidak tersebar secara merata dalam suatu unit
sosial, entah itu komunitas, organisasi, atau
masyarakat. Dalam banyak situasi, jumlah informan memang cenderung sangat
sedikit; karena situasi itulah
peneliti memang tidak perlu melakukan sampling
atas informan.
•
Bila mampu memperoleh informan kunci, peneliti mungkin
saja hanya cukup menggunakan satu orang; namun bila tidak,
ia mungkin harus memiliki sejumlah informan untuk saling melengkapi. Perlu ditegaskan, tidak ada patokan standar tentang berapa jumlah informan
yang diperlukan dalam penelitian kualitatif. Yang menjadi patokan adalah informasi itu sendiri:
seberapa jauh informasi yang tersedia dapat menjawab pertanyaan atau
permasalahan penelitian.
•
Dalam antropologi, ada beberapa penelitian yang cenderung memilih 5 informan (seperti 5
keluarga miskin di Meksiko (Oscar Lewis) atau 5 penggali pasir di Yogayakarta (Patrick Gedes).
•
Ingat tidak belaku istilah populasi, sampel,
signifikansi, atau representasi.
Mencari
Informan
·
Langkah awal untuk mencari informan adalah menemukan
penunjuk jalan atau ‘kuncen’ (gate keeper). Ia mungkin saja teman atau saudara dari kenalan Anda, orang yang Anda jumpai di
tengah jalan, atau bahkan orang yang memiliki kedudukan penting dalam komunitas
lokal. Tidak ada kriteria khusus tentang hal
ini, kecuali bahwa orang itu mengenal orang-orang yang dianggap memiliki pengetahuan
tentang aspek yang ingin Anda teliti.
·
Berdasarkan itu, Anda kemudian membuat catatan singkat tentang profil
orang-orang tersebut (mulai dari nama lengkap dan panggilannya, alamat, nomor
telepon/HP, hingga pekerjaan, usia, dan sebagainya. Jika dimungkinkan, ada baiknya bila Anda juga menanyakan biografi singkat para calon
informan tersebut. Mengingat teknologi komputer sekarang, Anda juga dapat melakukan pencarian data di internet.
·
Penunjuk jalan pertama mungkin hanya dapat menyebutkan
satu atau beberapa orang, dalam kesempatan selanjutnya
Anda
kemudian memperoleh penunjuk jalan kedua, ketiga, dan seterusnya sehingga jumlah calon informan menjadi lebih banyak.
·
Dalam pengembangan
proses,
penunjuk jalan dapat saja berubah menjadi calon informan, atau sebaliknya apa yang Anda sangka calon informan sebenarnya hanya merupakan
penunjuk jalan atau mungkin juga informer.
·
Setelah memperoleh sejumlah nama calon informan, sebagai peneliti langkah selanjutnya adalah
melakukan penelitian awal, guna mengetahui
seberapa jauh pengetahuan para calon informan. Untuk keperluan itu, Anda dapat menempuh
dua cara:
-
Pertama, melakukan pengecekan silang di antara para
penunjuk jalan dan/atau para calon informan itu sendiri. Misalnya dapat dilakukan dengan, secara terpisah,
meminta mereka menilai “siapa yang ia anggap orang yang paling mengetahui
tetang subjek tertentu.”
-
Kedua, melakukan wawancara umum dengan para calon
informan, ‘menguji’ hingga seberapa jauh mereka memenuhi kriteria pemilihan
informan seperti yang telah diterangkan
di atas. Hal itu dilakukan peneliti dengan, misalnya, mengajukan pertanyaan
tentang “apakah ia mengetahui apa, siapa, di mana, kapan, bagaimana, dan mengapa suatu peristiwa terjadi atau tidak terjadi.” Dalam proses
ini, tidak seperti wawancara yang sesungguhnya, peneliti tidak perlu mengejar
informan.
Mengembangkan
Hubungan Baik
•
Informasi adalah buah dari proses tanya-jawab antara
peneliti dan informan. Seperti dalam perbicangan
sehari-hari, orang-orang yang terlibat harus saling mengenal siapa yang menjadi
lawan bicaranya. Karena itu, walaupun belum memutuskan siapa yang menjadi
informan, Anda harus melakukan
langkah-langkah berikut:
-
Memperkenalkan diri
Sebutkan identitas Anda (nama, asal institusi, asal domisili, suku, agama, atau lainnya yang dianggap relevan). Namun tentu saja
tidak perlu hingga mencapai satu titik di mana Anda menampilkan
diri seutuhnya. Berikan informasi seadanya, cukup hanya untuk memenuhi
keingintahuan lawan bicara. Jangan memberikan
informasi yang berlebihan dan mengundang mereka untuk mengajukan pertanyaan
lebih jauh, sedemikian sehingga alih-alih
Anda yang mengajukan
pertanyaan, justru yang menjadi sasaran pertanyaan.
-
Memberikan penjelasan
umum tentang tujuan penelitian
Berikan gambaran tentang apa
yang ingin anda ketahui, tetapi rumuskan dengan bahasa yang kabur. Ini adalah
satu cara untuk mencegah terjadinya rekayasa informasi atau konstruksi realitas
sosial bias karena disesuaikan oleh apa yang dianggap informan memenuhi
ekspektasi peneliti;
-
Merangsang informan
untuk berbicara tentang dirinya sendiri
Satu upaya untuk mengenal
siapa diri informan sebenarnya, sekaligus memperoleh pemahaman yang utuh
terhadap isi wawancara adalah mendorong informan untuk berbicara tentang
dirinya sendiri. Biasanya orang, apalagi bila sudah berusia lanjut, cenderung
senang bila ada orang lain yang mau mendengarkan kisah hidupnya yang menyangkut
pendidikan, pekerjaan, pengalaman hidup, kehidupan keluarga, dan sebagainya.
-
Merangsang
keingintahuan atau semangat informan
Dari satu segi, wawancara
adalah perbincangan yang berat sebelah: satu pihak hanya mengajukan pertanyaan,
pihak lain hanya dapat bersikap pasif dengan memberikan jawaban. Dalam perjalanan
waktu, fakta ini saja sudah membosankan, dan akan menjadi lebih membosankan
karena peneliti cenderung (harus) menghindari pertanyaan balik dari informan. Dalam cukup banyak kasus, informan adalah
orang yang sibuk dan/atau sering menjadi sasaran wawancara banyak pihak, karena
itu Anda harus mampu memberikan
komentar singkat yang menarik perhatian informan.
-
Melakukan
pertukaran sosial
Wawancara jelas menguntungkan Anda sebagai peneliti, tetapi mungkin merugikan bagi orang yang diwawancara. Informan bukan saja
harus membuang waktu dan energinya, melainkan juga mungkin makanan &
minuman, serta tertutupnya peluang
untuk menambah penghasilan. Dalam
upaya untuk mengompensasi hal itu, Anda dapat melakukan
berbagai hal, misalnya melakukan wawancara sesuai dengan jadwal kegiatan rutin
informan,
memberikan sesuatu yang disukai informan seperti makanan, tanaman, peralatan
olah raga, buku, membantu
pekerjaannya, bahkan kalau perlu, uang.
Masalah
dalam Pemilihan Informan
•
Orang yang dipilih
adalah ‘responden’
Informan adalah orang yang
memiliki kemampuan untuk berbicara tentang realitas sosial, fakta sosial, atau kebenaran yang mungkin tidak diketahui atau
tidak disadari oleh banyak orang. Selain itu, ia bukan hanya dapat berbicara tentang dirinya
sendiri, melainkan juga orang-orang lain yang memiliki pandangan berbeda dengan
dirinya.
Sesuai dengan kata yang
digunakan, responden adalah orang yang hanya dapat merespons, menanggapi apa yang ditanyakan peneliti. Dalam
kapasitasnya, responden adalah orang yang hanya dapat berbicara atas nama
dan/atau tentang dirinya sendiri. Secara teknis, mereka adalah orang awam yang
jumlahnya banyak, dan hanya dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bertalian
tentang sikap seperti tahu-tidak tahu, suka-tidak suka, bersedia bertindak-tidak bersedia bertindak.
•
Orang yang dipilih
adalah informer
Baik informan dan informer
mungkin sama-sama mengetahui berbagai aspek tentang satu subjek penelitian yang ingin diketahui oleh
peneliti. Perbedaannya hanya terletak pada integritas mereka.
Informan cenderung bersikap objektif dan tidak memiliki kepentingan tertentu. Sebaliknya, informer hanya ingin
mengarahkan peneliti untuk suatu kepentingan bagi dirinya sendiri. Karena itu,
peneliti jelas harus bersikap waspada untuk menentukan pilihan.
Isu
Etika Penelitian
•
Pengertian Etika
Penelitian
Seperangkat norma yang harus
dijalankan peneliti ketika melakukan pengumpulan, pengolahan data, dan
penulisan laporan agar hasil penelitiannya dianggap memenuhi kriteria keilmuan
yang standar.
•
Sanksi
Seperti layaknya norma, pelanggaran atas norma-norma keilmuan
akan membawa konsekuensi sanksi yang keras.
•
Ingat kasus eksperimen Nazi (1940-an), Tuskegee 1932-1972, Willowbrook Study (1963-1966), Departemen
Pertahanan Amerika Serikat tentang efek radiasi, Milgram & Zimbardo 1971.
Etika
Khusus di Lapangan
•
Memperoleh persetujuan informan untuk diteliti;
•
Memberi penjelasan tentang tujuan dan gambaran penelitian secara umum;
•
Menjaga prinsip anonimitas informan, keluarga, dan komunitasnya;
•
Menghargai nilai, norma, dan moral yang dipegang teguh informan dan kelompoknya;
•
Menjaga agar peneliti tidak merugikan dan/atau
membahayakan diri dan kelompoknya dalam segala aspek kehidupannya (fisik, non-fisik,
sosio-kultural, ekonomi, politik, dan sebagainya);
•
Memperoleh konfirmasi dari informan tentang hasil
penelitian secara substantif.
Etika
Umum
·
Fabrikasi: mengarang dan
membuat data atau hasil penelitian;
·
Falsifikasi: mengubah atau
salah melaporkan data atau hasil penelitian, termasuk pembuangan data yang
bertentangan secara sengaja untuk mengubah hasil penelitian;
·
Plagiarisme: menggunakan ide
atau kata-kata orang lain tanpa memberikan kredit atau pengakuan (acknowledgement);
·
Misappropriation of others’ ideas: menggunakan informasi khusus tanpa izin (misalnya
pelanggaran kerahasiaan pada waktu
penelaahan atau review oleh teman
sejawat; atau
praktik lain yang
menyimpang dari yang sudah diterima umum dalam suatu komunitas ilmiah dalam
mengajukan proposal penelitian, melakukan penelitian, atau melaporkan hasil
penelitian.
Masalah-Masalah
Etika
•
Martinson,
Anderson & de Vries, Nature 435, 737 (9 Juni 2005) jajak pendapat
dari 3.247 ilmuwan yang didanai oleh NIH. Persentase ilmuwan yang mengakui
terlibat dalam perilaku yang tercantum dalam 3 tahun terakhir
(pilihan):
-
0,3 % Memalsukan atau hanya "mengolah"
data penelitian
-
1,4% Menggunakan ide-ide orang lain tanpa izin atau pemberian pengakuan
-
1,7% Penyalahgunaan bahan rahasia untuk penelitian sendiri
-
6% Gagal
menyajikan data yang bertentangan dengan
penelitian sebelumnya
-
12,5% Menghadapi penggunaan
data cacat/interpretasinya dipertanyakan
-
4,7% Mempublikasi data
yang sama atau hasil penelitian di berbagai publikasi
-
10% Kurang tepat
menetapkan
kontributor karya ilmiah
-
10,8 % Pemenggalan rincian
metodologi dalam makalah atau proposal
-
13,5% Menggunakan rancangan
penelitian yang tidak memadai atau tidak patut
-
15,3% Menjatuhkan pengamatan atau titik data melalui "firasat/perasaan“
-
27,5% Pencatatan yang tidak memadai terkait dengan
proyek-proyek penelitian