Jumat, 24 Juni 2016

Memilih Informan dan Isu Etika Penelitian



Materi Kuliah Metode Penelitian Sosial (MPS) Kualitatif untuk Mahasiswa S1,
Rabu 6 Maret 2013 (materi asli dalam bentuk Power Point)


Definisi Informan

      Sesuai dengan kata yang digunakan, informan adalah orang yang memiliki informasi tentang subjek yang ingin diketahui oleh peneliti.

      Secara teknis, informan adalah orang yang dapat memberikan penjelasan yang kaya warna, detil, dan komprehensif menyangkut apa, siapa, di mana, kapan, bagaimana, dan mengapa, misalnya satu peristiwa terjadi atau justru tidak terjadi.

      Lebih jauh, informan mungkin juga dapat membuat konseptualisasi atau induksi tentang apa yang selama ini diamatinya.

      Dan yang tidak boleh dilupakan, informan sebagai ‘jendela’ untuk melihat konstruksi realitas khas yang merepresentasikan dunia yang berbeda dari apa yang dimiliki peneliti.


Informan Kunci dan Parsial

Apa yang didefinisikan sebagai informan di atas sebenarnya merujuk kepada apa yang dalam sejumlah literatur disebut sebagai informan kunci (key informant).  Ia adalah, seakan-akan, orang yang maha-tahu, mengetahui segala aspek yang ingin dikaji oleh peneliti.
           
Namun dalam banyak kasus, peneliti kemungkinan sulit untuk mengidentifikasi kehadiran orang semacam itu, kalau tidak dikatakan tidak ada sama sekali. Karena itu, yang peneliti sering temukan adalah, pada faktanya, informan parsial. Ia mungkin hanya tahu, misalnya, tentang ‘politik,’ tetapi kurang mengetahui tentang ’ekonomi,’ bahkan sama sekali tidak mengetahui tentang ‘agama.’


Hakikat Informan

      Informan menempati kedudukan sangat penting dalam penelitian kualitatif. Sesuai dengan namanya, ia adalah sumber informasi bagi peneliti. Tanpa informan, tidak ada informasi, dan tanpa informasi jelas tidak akan ada studi. Seseorang yang membuat laporan tanpa informan, sama saja dengan membuat tulisan fiksi bak cerpen atau novel; atau, maksimal kalaupun ia membuat laporan faktual, ia sebenarnya hanya sedang membuat cerita tentang dirinya sendiri, sebuah ‘otobiografi.’

      Informan juga adalah pemberi definisi tentang realitas sosial. Berbeda dengan penelitian kuantitatif, dalam penelitian kualitatif tidak ada realitas sosial yang berlaku tunggal dan universal. Tugas peneliti untuk mengekplorasi dan membentangkan realitas yang unik dan fragmental tersebut-- satu upaya yang hanya dapat dilakukan peneliti, bila ia mampu mengerangkeng (mengurung) bias yang muncul dari perspektifnya.


Kriteria Pemilihan Informan

      Ada beberapa kriteria untuk mengetahui apakah seseorang memiliki kapasitas untuk dipilih sebagai informan:

-          Peran dalam unit sosial
Dalam banyak situasi, orang yang memiliki kedudukan strategis dalam komunitas, organisasi, atau masyarakat, jelas mengimplikasikan kemungkinan besar ia  mengetahui banyak informasi.  Dengan pertimbangan tertentu, peneliti harus menghindari informan yang memiliki posisi marginal atau terasing dari budaya dan struktur sosialnya sendiri. Namun tentu saja hal itu tidak sepenuhnya berlaku umum. Orang itu mungkin tidak berkedudukan, namun memiliki akses yang besar untuk mengetahui informasi, mengingat ia adalah anggota keluarga, pasangan, anak atau keponakan, atau mungkin sekretaris, asisten, ajudan, bawahan pada umumnya, bahkan hanya pelayan.

-          Berpengetahuan
Ini adalah kriteria yang paling penting. Seorang informan harus memiliki  pengetahuan, tanpa itu ia hanya sekadar orang awam, tidak memiliki sesuatu yang dapat dimanfaatkan peneliti.

-          Kesediaan
Informan hanya bermanfaat bila ia memiliki keinginan untuk menjalin kerja sama dengan peneliti. Bila ia menolak menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, betapa pun berharganya informasi yang dimilikinya, ia sama sekali tidak bermafaat bagi peneliti.

-          Komunikatif
Informan harus memiliki kemampuan untuk menyampaikan informasinya dalam suatu bahasa yang dapat dimengerti oleh peneliti. Tanpa itu, peneliti dapat memperoleh pemahaman yang keliru, bahkan salah sama sekali.

-          Objektivitas
Informan adalah orang yang mampu membedakan pandangan dirinya dengan pihak lain, dan tidak memiliki tujuan tersendiri bagi kepentingannya.


Jumlah Informan dan Purposivitas

      Pengetahuan yang mendalam tentang subjek yang ingin diteliti sering kali tidak tersebar secara merata dalam suatu unit sosial, entah itu komunitas, organisasi, atau masyarakat. Dalam banyak situasi, jumlah informan memang cenderung sangat sedikit; karena situasi itulah peneliti memang tidak perlu melakukan sampling atas informan.

      Bila mampu memperoleh informan kunci, peneliti mungkin saja hanya cukup menggunakan satu orang; namun bila tidak, ia mungkin harus memiliki sejumlah informan untuk saling melengkapi. Perlu ditegaskan, tidak ada patokan standar tentang berapa jumlah informan yang diperlukan dalam penelitian kualitatif. Yang menjadi patokan adalah informasi itu sendiri: seberapa jauh informasi yang tersedia dapat menjawab pertanyaan atau permasalahan penelitian.

      Dalam antropologi, ada beberapa penelitian yang cenderung memilih 5 informan (seperti 5 keluarga miskin di  Meksiko (Oscar Lewis) atau 5 penggali pasir di Yogayakarta (Patrick Gedes).

      Ingat tidak belaku istilah populasi, sampel, signifikansi, atau representasi.


Mencari Informan

·         Langkah awal untuk mencari informan adalah menemukan penunjuk jalan atau ‘kuncen’ (gate keeper). Ia mungkin saja teman atau saudara dari kenalan Anda, orang yang Anda jumpai di tengah jalan, atau bahkan orang yang memiliki kedudukan penting dalam komunitas lokal. Tidak ada kriteria khusus tentang hal ini, kecuali bahwa orang itu mengenal orang-orang yang dianggap memiliki pengetahuan tentang aspek yang ingin Anda teliti.

·         Berdasarkan itu, Anda kemudian membuat catatan singkat tentang profil orang-orang tersebut (mulai dari nama lengkap dan panggilannya, alamat, nomor telepon/HP, hingga pekerjaan, usia, dan sebagainya. Jika dimungkinkan, ada baiknya bila Anda juga menanyakan biografi singkat para calon informan tersebut. Mengingat teknologi komputer sekarang, Anda juga dapat melakukan pencarian data di internet.

·         Penunjuk jalan pertama mungkin hanya dapat menyebutkan satu atau beberapa orang, dalam kesempatan selanjutnya Anda kemudian memperoleh penunjuk jalan kedua, ketiga, dan seterusnya sehingga jumlah calon informan menjadi lebih banyak.

·         Dalam pengembangan proses, penunjuk jalan dapat saja berubah menjadi calon informan, atau sebaliknya apa yang Anda sangka calon informan sebenarnya hanya merupakan penunjuk jalan atau mungkin juga informer.

·         Setelah memperoleh sejumlah nama calon informan, sebagai peneliti langkah selanjutnya adalah melakukan penelitian awal, guna mengetahui seberapa jauh pengetahuan para calon informan. Untuk keperluan itu, Anda dapat menempuh dua cara:

-          Pertama, melakukan pengecekan silang di antara para penunjuk jalan dan/atau para calon informan itu sendiri. Misalnya dapat dilakukan dengan, secara terpisah, meminta mereka menilai “siapa yang ia anggap orang yang paling mengetahui tetang subjek tertentu.”
           
-          Kedua, melakukan wawancara umum dengan para calon informan, ‘menguji’ hingga seberapa jauh mereka memenuhi kriteria pemilihan informan seperti yang telah diterangkan di atas. Hal itu dilakukan peneliti dengan, misalnya, mengajukan pertanyaan tentang “apakah ia mengetahui apa, siapa, di mana, kapan, bagaimana, dan mengapa suatu peristiwa terjadi atau tidak terjadi.” Dalam proses ini, tidak seperti wawancara yang sesungguhnya, peneliti tidak perlu mengejar informan.


Mengembangkan Hubungan Baik

      Informasi adalah buah dari proses tanya-jawab antara peneliti dan informan. Seperti dalam perbicangan sehari-hari, orang-orang yang terlibat harus saling mengenal siapa yang menjadi lawan bicaranya. Karena itu, walaupun belum memutuskan siapa yang menjadi informan, Anda harus melakukan langkah-langkah berikut:

-          Memperkenalkan diri
Sebutkan identitas Anda (nama, asal institusi, asal domisili, suku, agama, atau lainnya yang dianggap relevan). Namun tentu saja tidak perlu hingga mencapai satu titik di mana Anda menampilkan diri seutuhnya. Berikan informasi seadanya, cukup hanya untuk memenuhi keingintahuan lawan bicara. Jangan memberikan informasi yang berlebihan dan mengundang mereka untuk mengajukan pertanyaan lebih jauh, sedemikian sehingga alih-alih Anda yang mengajukan pertanyaan, justru yang menjadi sasaran pertanyaan.

-          Memberikan penjelasan umum tentang tujuan penelitian
Berikan gambaran tentang apa yang ingin anda ketahui, tetapi rumuskan dengan bahasa yang kabur. Ini adalah satu cara untuk mencegah terjadinya rekayasa informasi atau konstruksi realitas sosial bias karena disesuaikan oleh apa yang dianggap informan memenuhi ekspektasi peneliti;

-          Merangsang informan untuk berbicara tentang dirinya sendiri
Satu upaya untuk mengenal siapa diri informan sebenarnya, sekaligus memperoleh pemahaman yang utuh terhadap isi wawancara adalah mendorong informan untuk berbicara tentang dirinya sendiri. Biasanya orang, apalagi bila sudah berusia lanjut, cenderung senang bila ada orang lain yang mau mendengarkan kisah hidupnya yang menyangkut pendidikan, pekerjaan, pengalaman hidup, kehidupan keluarga, dan sebagainya.

-          Merangsang keingintahuan atau semangat informan
Dari satu segi, wawancara adalah perbincangan yang berat sebelah: satu pihak hanya mengajukan pertanyaan, pihak lain hanya dapat bersikap pasif dengan memberikan jawaban. Dalam perjalanan waktu, fakta ini saja sudah membosankan, dan akan menjadi lebih membosankan karena peneliti cenderung (harus) menghindari pertanyaan balik dari informan. Dalam cukup banyak kasus, informan adalah orang yang sibuk dan/atau sering menjadi sasaran wawancara banyak pihak, karena itu Anda harus mampu memberikan komentar singkat yang menarik perhatian informan.

-          Melakukan pertukaran sosial
Wawancara jelas menguntungkan Anda sebagai peneliti, tetapi mungkin merugikan bagi orang yang diwawancara. Informan bukan saja harus membuang waktu dan energinya, melainkan juga mungkin makanan & minuman, serta tertutupnya peluang untuk menambah penghasilan. Dalam upaya untuk mengompensasi hal itu, Anda dapat melakukan berbagai hal, misalnya melakukan wawancara sesuai dengan jadwal kegiatan rutin informan, memberikan sesuatu yang disukai informan seperti makanan, tanaman, peralatan olah raga, buku, membantu pekerjaannya, bahkan kalau perlu, uang.


Masalah dalam Pemilihan Informan

      Orang yang dipilih adalah ‘responden’
Informan adalah orang yang memiliki kemampuan untuk berbicara tentang realitas sosial, fakta sosial, atau kebenaran yang mungkin tidak diketahui atau tidak disadari oleh banyak orang. Selain itu, ia  bukan hanya dapat berbicara tentang dirinya sendiri, melainkan juga orang-orang lain yang memiliki pandangan berbeda dengan dirinya.

Sesuai dengan kata yang digunakan, responden adalah orang yang hanya dapat merespons, menanggapi apa yang ditanyakan peneliti. Dalam kapasitasnya, responden adalah orang yang hanya dapat berbicara atas nama dan/atau tentang dirinya sendiri. Secara teknis, mereka adalah orang awam yang jumlahnya banyak, dan hanya dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bertalian tentang sikap seperti tahu-tidak tahu, suka-tidak suka, bersedia bertindak-tidak bersedia bertindak.

      Orang yang dipilih adalah informer
Baik informan dan informer mungkin sama-sama mengetahui berbagai aspek tentang satu subjek penelitian yang ingin diketahui oleh peneliti. Perbedaannya hanya terletak pada integritas mereka.
           
Informan cenderung bersikap objektif dan tidak memiliki kepentingan tertentu. Sebaliknya, informer hanya ingin mengarahkan peneliti untuk suatu kepentingan bagi dirinya sendiri. Karena itu, peneliti jelas harus bersikap waspada untuk menentukan pilihan.


Isu Etika Penelitian

      Pengertian Etika Penelitian
Seperangkat norma yang harus dijalankan peneliti ketika melakukan pengumpulan, pengolahan data, dan penulisan laporan agar hasil penelitiannya dianggap memenuhi kriteria keilmuan yang standar.

      Sanksi
Seperti layaknya norma, pelanggaran atas norma-norma keilmuan akan membawa konsekuensi sanksi yang keras.

      Ingat kasus eksperimen Nazi (1940-an), Tuskegee 1932-1972, Willowbrook Study (1963-1966), Departemen Pertahanan Amerika Serikat tentang efek radiasi, Milgram & Zimbardo 1971.


Etika Khusus di Lapangan

      Memperoleh persetujuan informan untuk diteliti;

      Memberi penjelasan tentang tujuan dan gambaran penelitian secara umum;

      Menjaga prinsip anonimitas informan, keluarga, dan komunitasnya;

      Menghargai nilai, norma, dan moral yang dipegang teguh informan dan kelompoknya;

      Menjaga agar peneliti tidak merugikan dan/atau membahayakan diri dan kelompoknya dalam segala aspek kehidupannya (fisik, non-fisik, sosio-kultural, ekonomi, politik, dan sebagainya);

      Memperoleh konfirmasi dari informan tentang hasil penelitian secara substantif.


Etika Umum

·         Fabrikasi: mengarang dan membuat data atau hasil penelitian;

·         Falsifikasi: mengubah atau salah melaporkan data atau hasil penelitian, termasuk pembuangan data yang bertentangan secara sengaja untuk mengubah hasil penelitian;

·         Plagiarisme: menggunakan ide atau kata-kata orang lain tanpa memberikan kredit atau pengakuan (acknowledgement);

·         Misappropriation of others’ ideas: menggunakan informasi khusus tanpa izin (misalnya pelanggaran kerahasiaan pada waktu penelaahan atau review oleh teman sejawat; atau
praktik lain yang menyimpang dari yang sudah diterima umum dalam suatu komunitas ilmiah dalam mengajukan proposal penelitian, melakukan penelitian, atau melaporkan hasil penelitian.


Masalah-Masalah Etika

      Martinson, Anderson & de Vries, Nature 435, 737 (9 Juni 2005)  jajak pendapat dari 3.247 ilmuwan yang didanai oleh NIH. Persentase ilmuwan yang mengakui terlibat dalam perilaku yang tercantum dalam 3 tahun terakhir (pilihan):

-          0,3 % Memalsukan atau hanya "mengolah" data penelitian
-          1,4% Menggunakan ide-ide orang lain tanpa izin atau pemberian pengakuan
-          1,7% Penyalahgunaan bahan rahasia untuk penelitian sendiri
-          6% Gagal menyajikan data yang bertentangan dengan penelitian sebelumnya
-          12,5% Menghadapi penggunaan data  cacat/interpretasinya dipertanyakan
-          4,7% Mempublikasi data yang sama atau hasil penelitian di berbagai publikasi
-          10% Kurang tepat menetapkan kontributor karya ilmiah
-          10,8 % Pemenggalan rincian metodologi dalam makalah atau proposal
-          13,5% Menggunakan rancangan penelitian yang tidak memadai atau tidak patut
-          15,3% Menjatuhkan pengamatan atau titik data melalui "firasat/perasaan
-          27,5% Pencatatan yang tidak memadai terkait dengan proyek-proyek penelitian