Minggu, 24 Juli 2016

Wawancara Mendalam



Materi Kuliah Metode Penelitian Sosial (MPS) Kualitatif untuk Mahasiswa S2,
Selasa 25 Oktober 2011 (materi asli dalam bentuk Power Point)


Definisi

Suatu teknik  mengajukan pertanyaan yang membuat informan merasa aman dan nyaman, sedemikian sehingga ia bersedia memberikan informasi selengkap mungkin kepada peneliti tentang satu subjek penelitian tertentu.

Hal itu terjadi karena peneliti:
            * membuat hubungan baik
            * mengajukan pertanyaan sesedikit mungkin
            * menjadi pendengar yang baik
            * memberi kesan non-verbal yang mendukung


Melakukan Wawancara Mendalam

      Berbeda dengan wawawancara berstruktur yang menggunakan kuesioner, wawancara mendalam adalah upaya untuk memperoleh informasi yang komprehensif, detil, dan kaya warna. Sesuai dengan itu, tugas peneliti adalah mengajukan pertanyaan sesingkat mungkin dan merangsang informan untuk menjawab sebanyak mungkin.

      Tidak seperti dalam pelaksanaan kuesioner, peneliti berusaha agar informan tidak bereaksi atas pertanyaan, tetapi membiarkannya bercerita mengikuti perspektif pemikirannya sendiri.





Mekanisme Wawancara

      Menyusun tujuan umum dan tujuan khusus wawancara mendalam, kemudian berdasarkan itu menyiapkan pertanyaan umum bagi informan.

      Memberi penjelasan tentang tujuan wawancara (penelitian). Perhatikan: berikan penjelasan yang umum dan kabur.

      Memberi penjelasan tentang agenda (pembabakan) wawancara. Berapa lama dan berapa sering Anda akan melakukan wawancara dengan seorang informan.

      Menanyakan ketersediaan materi tertulis tentang tema wawancara (catatan harian, kliping, artikel, laporan penelitian, buku, tayangan media massa, dan sebagainya).

      Mengajukan pertanyaan yang bertalian dengan aspek 5 W+1H (Siapa, Apa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana), atau dalam perumusan yang lebih rinci: SIAPA melakukan APA terhadap SIAPA, BAGAIMANA, DI MANA, KAPAN, BERAPA (banyak & lama) dan MENGAPA.

      Walau demikian, sebagai pedoman praktis, peneliti dianjurkan untuk memulai pertanyaan terhadap unsur yang paling menempati kedudukan paling penting: BAGAIMANA. Pertanyaan ini memiliki unsur proses dan mengandung kerangka yang dapat menghimpun 5 unsur pertanyaan lainnya dalam suatu sistematika yang koheren. Misalnya, “Bagaimana hal itu dapat terjadi?”

      Menggunakan istilah yang sederhana, dekat dengan kenyataan; hindarkan penggunaan kata yang bombastik-fantastik.

      Mengajukan pertanyaan yang menggantung, belum tuntas. Misalnya, “Anda tadi yang mengatakan bahwa proyek irigasi….

      Dalam kasus ingin menguak aspek yang sensitif, ajukan pertanyaan yang mengandung pola spiral, yakni melingkar-lingkar dari aspek yang paling umum bergerak ke khusus, keluar lagi ke umum, dan seterusnya.

      Mengajukan permintaan atau perintah yang halus. Misalnya, “Tolong ceritakan kisah kehidupan ibu selama ini!”

      Membuat pernyataan yang kontroversial seperti “Dengan berkaca pada perzinahan yang diberitakan media massa, tampaknya kasus ini dapat ditemukan di mana-mana: kota-desa, besar-kecil.”

      Membuat pernyataan yang menggantung, belum tuntas seperti “Tampaknya warga di sini hidup berkecukupan, cukup makan, cukup….

      Mengajukan kebingungan secara verbal, dengan sengaja meminta informan untuk membantu menyusun pertanyaan sekaligus menjawabnya. “Saya ingin mengetahui kehidupan keagamaan di desa ini, tapi saya tidak tahu apa saja yang harus saya tanyakan dan siapa saja yang harus saya hubungi.”

      Membuat jeda, tidak berkata apa pun dalam waktu cukup lama (setengah hingga satu menit).


Anjuran dalam Wawancara

      Melakukan kontak mata sebagai tanda penghormatan dan dorongan bagi informan untuk terus berbicara;

      Mengendalikan otot muka, kepala, dan anggota badan yang dapat mendorong informan untuk terus berbicara;

      Mengembangkan sikap konsentrasi penuh, tidak mempedulikan situasi sekitar kecuali dalam situasi tertentu yang bertalian dengan topik wawancara;

      Membuat komentar singkat yang menunjukkan perhatian, seperti “ Ya.., hmh.., menarik, dan sebagainya;

      Menghindarkan diri dari perangkap pertanyaan yang diajukan informan. “Pertanyaan yang menarik, namun saat ini saya lebih tertarik mendengar jawaban Anda;

      Membuat konfirmasi tentang ringkasan informasi yang disampaikan informan;

      Mengendalikan kecepatan bicara dan lama waktu berbicara informan;

      Membuat catatan, terutama data penting yang bertalian dengan nama (orang, lokasi, dsb), angka (tahun, jumlah, dsb), dan istilah-istilah penting.


Hal yang Harus Diperhatikan dalam Wawancara

Bila wawancara dilakukan oleh lebih dari satu orang

      Merundingkan tujuan dan rencana wawancara secara kolektif;
      Bekerja sama untuk mengajukan pertanyaan secara berkesinambungan dan runtut;
      Mengatur giliran dalam mengajukan pertanyaan;
      Menghindarkan diri dari pembunuhan pertanyaan rekan.

Hal yang harus dihindarkan dalam wawancara

      Peneliti lebih banyak berbicara ketimbang informan;
      Membuat gerakan-gerakan tubuh yang mengganggu informan;
      Menyebut nama dan pendapat orang atau informan lain.


Mencatat Wawancara

Mencatat atau menulis adalah menuangkan apa yang peneliti alami ke dalam serangkaian simbol standar yang relatif ringkas, sehingga penulis dan komunitas ilmiah dapat memahami, sekaligus menempatkannya sebagai benda objektif.

Sebagai benda objektif, catatan akan mengingatkan penulis tentang apa saja yang pernah ia cium, raba, dengar, baca, lihat, rasakan, dan pikirkan pada serangkaian titik waktu dan ruang tertentu.

Catatan berperan sebagai sarana untuk memudahkan pengolahan data, meringkaskan dan mengalihkannya kepada kode, sehingga memungkinkan dilakukannya analisis yang lebih abstrak.

Catatan juga berperan sebagai sarana yang memfasilitasi pemikiran, membandingkan, menyusun kategori,  menghubungkan satu kejadian dengan kejadian lainnya, menemukan pola dan tipe, mengembangkan satu atau beberapa konsep, serta merangkaikan satu konsep dengan konsep lain yang nanti akan berakhir pada suatu pejelasan baru.


Aspek-Aspek Pencatatan

Waktu Pencatatan

Dalam setiap pencatatan, peneliti diminta memberikan keterangan waktu tentang kapan ia melakukan suatu kegiatan dan kapan pencatatan dilakukan. Hal ini penting karena seorang peneliti wajib melakukan pencatatan sesegera mungkin, begitu ia mengalami kejadian penting (wawancara, pengamatan, ide, dan sebagainya). Tanpa itu ia akan segera lupa dan mengacaukan antara satu hal dengan hal lainnya, membuka peluang untuk memasukkan fiksi alih-alih fakta, memasukkan pandangan pribadi alih-alih realitas.

Lokasi Pencatatan

Dalam setiap pencatatan, peneliti diminta memberikan keterangan lokasi tentang di mana ia melakukan pencatatan. Tentang level lokasi yang ia tulis: apakah nama bangunan, institusi, jalan, kecamatan, kabupaten, kota, provinsi, negaratergantung pada kepentingan peneliti itu sendiri.

Keterangan

Peneliti memberi komentar tentang jalannya wawancara yang berisi materi antara lain:

      Kehadiran pihak ketiga
      Pendapat pribadi atas informan dan informasinya
      Kontribusi wawancara terhadap tujuan studi
      Glosari, kumpulan kata, atau konsep kunci
      Penetapan agenda berikut (wawancara selanjutnya, pencarian data sekunder, dan sebagainya)


Mekanisme Pencatatan

Merekam (audio-video)

      Menyiapkan peralatan teknis dan menguji keberfungsiannya
      Memberikan keterangan lisan pada media perekam
      Memberikan keterangan tulisan pada media perekam
      Mendengar, mengamati dalam kesatuan atau fragmen yang utuh
      Membuat transkripsi
      Membuat ringkasan materi wawancara

Mencatat

      Menyiapkan alat dan sarana tulisan
      Menulis lengkap dengan steno
      Menulis lengkap dengan berbagai singkatan (khususnya untuk kata kerja dan kata sambung yang sering muncul)
      Menulis kata-kata dan angka-angka kunci
      Menyalin kembali dan merapikan tulisan
      Membuat ringkasan materi wawancara


Memfasilitasi Pencatatan

      Melakukan wawancara awal atau pengamatan awal sebagai upaya pengenalan
      Menetapkan agenda wawancara
      Mengendalikan tempo pembicaraan informan
      Memotong pembicaraan
      Berkonsentrasi dalam penulisan dengan tidak menatap mata informan
      Mengulang untuk mengonfirmasi pernyataan informan sebelumnya
      Meminta informan untuk meringkaskan seluruh materi seusai wawancara, atau membuat ringkasan verbal di depan informan
      Meminta menghentikan wawancara untuk disambung di lain waktu
      Menulis secepatnya segera setelah selesai wawancara/pengamatan sebelum melakukan kegiatan lainnya.


Format Pencatatan

      Menyiapkan buku yang lembaran kertasnya bergaris dan mudah ditanggalkan atau disobek;
      Memberi spasi cukup lebar untuk menulis judul dan keterangan penunjang (lihat contoh);
      Memberi spasi cukup lebar antara judul dan uraian (lihat contoh);
      Memberi margin kiri-kanan, atas-bawah  yang cukup memadai dalam uraian;
      Membuat alinea yang relatif singkat (maksimal 8 baris);
      Memberi spasi 1 baris untuk memisahkan satu alinea dari alinea berikutnya;
      Menulis rapi dan mudah dibaca dengan alat tulis bertinta hitam (merah);
      Menulis uraian yang hanya terkait atau konsisten dengan judul (membagi satu unit wawancara atau pengamatan ke dalam fragmen-fragmen yang relatif mandiri);
      Mengunakan lembar kertas berikutnya, jangan menggunakan halaman sebaliknya.

Teknik Observasi



Materi Kuliah Metode Penelitian Sosial (MPS) Kualitatif untuk Mahasiswa S2,
Selasa 8 November 2011 (materi asli dalam bentuk Power Point)


Pengertian Observasi

Suatu cara yang relatif sistematik dan objektif untuk mengumpulkan data, terutama melalui cara pengaktifan indra penglihatan, kemudian menyajikannya dalam suatu deskripsi yang lengkap, terang, dan berwarna.


Hakikat Observasi

Melengkapi data penelitian kualitatif yang  
-          relatif lebih berbicara dengan sendirinya,
-          relatif lebih bebas dari pengaruh kebereaksian, baik dari kata maupun kehadiran peneliti,
-          relatif  ‘lebih’ objektif,
-          melengkapi data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data lain, yakni wawancara.


Jenis Observasi

      Terstruktur atau tidak terstruktur
Pengertian pertama merujuk pada kerangka tujuan peneliti; sedangkan yang kedua merujuk pada situasi alami di mana peneliti dan subjek penelitian tidak berupaya merekayasa atau mengendalikan kejadian.

      Berjarak atau terlibat
Pengertian pertama merujuk pada adanya jarak antara peneliti dengan subjek penelitian; sedangkan yang kedua, peneliti meleburkan diri, menjadi bagian dari subjek penelitian (participation observation).


Preferensi Observasi

      Sesuai dengan hakikat penelitian kualitatif , observasi  dalam perkuliahan ini diarahkan pada sifat  tidak terstruktur dan terlibat.
      Tujuan utamanya adalah untuk memperoleh suatu dunia bermakna, yang berbeda baik di antara kelompok-kelompok maupun antara dunia peneliti dengan dunia kelompok yang menjadi subjek penelitian peneliti.


Menyiapkan Observasi

      Merumuskan tujuan
Peneliti  merumuskan apa yang diharapkan dengan melakukan observasi. Usahakan observasi diarahkan pada tujuan penelitian utama atau turunannya.

      Menetapkan fokus
Peneliti menetapkan satu atau beberapa aspek penting yang akan diobservasi secara khusus.

      Menetapkan limitasi
            Peneliti menetapkan aspek-aspek apa yang tidak akan diobservasi secara 
            khusus.


Aspek-Aspek Observasi

      Setting
Deskripsikan lokasi yang menjadi latar belakang pokok yang merupakan fokus observasi (aspek apa, di mana, kapan)

      Peristiwa
            Deskripsikan kejadian yang menjadi fokus observasi 
            (aspek apa dan bagaimana)

      Aktor
            Deskripsikan orang-orang yang hadir dalam peristiwa tersebut 
            (aspek apa dan siapa)

      Tindakan
Deskripsikan apa yang dilakukan orang-orang (non verbal ataupun verbal) dalam setting dan peristiwa tersebut (aspek siapa, bagaimana, dan mengapa)


Observasi Melalui Kamera

      Kekuatan observasi terletak pada hakikatnya sebagai penyaji data visual, karena itu upayakan untuk mempertahankan hakikat itu seoptimal mungkin.
      Selain itu, kemampuan otak manusia untuk melakukan observasi memang memiliki keterbatasan.
      Pengunaan kamera foto (statis) dan film (dinamis) sangat dianjurkan dalam penelitian kualitatif. Namun mengingat penggunaannya, penelitian kualitatif lebih memilih foto.
      Guna menghindarkan kebereaksian, peneliti sebaiknya membuat proses pembiasaan kepada subjek penelitian.
      Berikan keterangan pada foto dan/atau film (terutama judul, waktu dan tempat).
      Pelajari kembali hasil rekaman observasi.


Teknik Melakukan Observasi

      Lakukan observasi sebelum, selama, dan sesudah wawancara. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
      Dalam satu kesempatan tertentu, lakukan  semacam penelitian lokasi yang menentukan posisi subjek pengamatan, pergerakannya, serta posisi peneliti dan pergerakan selama acara tertentu.
      Upayakan peneliti memperoleh informasi yang memadai tentang satu subjek pengamatan sebelum kejadian. Jika tidak mungkin, cari informasi selama dan sesudah kejadian.
      Upayakan peneliti berada dalam posisi yang tidak menarik perhatian dan/atau mengubah jalannya pengamatan.


Mencatat Observasi

      Apapun teknik observasi yang digunakan, manual atau alat, semua hasil observasi harus ditranskripsi, dicatat melalui serangkaian simbol atau huruf yang standar.
      Berikan keterangan judul observasi, tempat, dan waktu observasi, serta narasi yang mendeskripsikan subjek observasi.
      Berikan penjelasan yang mengaitkan antara hasil observasi dan tujuan penelitian.
      Deskripsikan selengkap , seterang, dan seberwarna mungkin apa yang diobservasi.
      Deskripsikan hanya apa yang dapat dilihat, diamati secara visual; hindarkan sesuatu yang berada di dalam, seperti pikiran dan perasaan.
      Deskripsikan hanya dalam perspektif umum, tidak boleh memaksakan perspektif pribadi peneliti.
      Deskripsikan hanya  petunjuk (indikator, premis, dsb), bukan kategori atau kesimpulan.