Materi Kuliah Metode Penelitian Sosial
(MPS) Kualitatif untuk Mahasiswa S2,
Selasa 25 Oktober 2011 (materi asli
dalam bentuk Power Point)
Definisi
Suatu
teknik mengajukan pertanyaan yang
membuat informan merasa aman dan nyaman, sedemikian
sehingga ia bersedia memberikan informasi selengkap mungkin kepada peneliti
tentang satu subjek penelitian tertentu.
Hal
itu terjadi karena peneliti:
* membuat hubungan baik
* mengajukan pertanyaan sesedikit
mungkin
* menjadi pendengar yang baik
* memberi kesan non-verbal yang
mendukung
Melakukan
Wawancara Mendalam
•
Berbeda dengan wawawancara berstruktur yang
menggunakan kuesioner, wawancara mendalam adalah upaya untuk memperoleh
informasi yang komprehensif, detil, dan kaya warna.
Sesuai dengan itu, tugas peneliti adalah mengajukan pertanyaan sesingkat
mungkin dan merangsang informan untuk menjawab sebanyak mungkin.
•
Tidak seperti dalam pelaksanaan kuesioner, peneliti
berusaha agar informan tidak bereaksi atas pertanyaan, tetapi membiarkannya
bercerita mengikuti perspektif pemikirannya sendiri.
Mekanisme
Wawancara
•
Menyusun tujuan umum dan tujuan khusus wawancara mendalam, kemudian berdasarkan itu
menyiapkan pertanyaan umum bagi informan.
•
Memberi penjelasan tentang tujuan wawancara
(penelitian). Perhatikan: berikan penjelasan yang umum dan kabur.
•
Memberi penjelasan tentang agenda (pembabakan)
wawancara. Berapa lama dan berapa sering Anda akan melakukan
wawancara dengan seorang informan.
•
Menanyakan ketersediaan materi tertulis tentang tema
wawancara (catatan harian, kliping, artikel, laporan penelitian, buku, tayangan
media massa, dan sebagainya).
•
Mengajukan pertanyaan yang bertalian dengan aspek 5
W+1H (Siapa, Apa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana), atau
dalam perumusan yang lebih rinci: SIAPA melakukan APA terhadap SIAPA,
BAGAIMANA, DI MANA, KAPAN, BERAPA
(banyak & lama) dan MENGAPA.
•
Walau demikian, sebagai pedoman praktis, peneliti
dianjurkan untuk memulai pertanyaan terhadap unsur yang paling
menempati kedudukan paling penting: BAGAIMANA. Pertanyaan ini memiliki unsur
proses dan mengandung kerangka yang dapat menghimpun 5 unsur pertanyaan lainnya
dalam suatu sistematika yang koheren. Misalnya, “Bagaimana hal itu dapat
terjadi?”
•
Menggunakan istilah yang sederhana, dekat dengan
kenyataan; hindarkan penggunaan kata yang bombastik-fantastik.
•
Mengajukan pertanyaan yang menggantung, belum tuntas.
Misalnya, “Anda tadi yang mengatakan bahwa proyek irigasi….”
•
Dalam kasus ingin menguak aspek yang
sensitif, ajukan pertanyaan yang mengandung pola spiral, yakni melingkar-lingkar dari aspek yang paling umum
bergerak ke khusus, keluar lagi ke umum, dan seterusnya.
•
Mengajukan permintaan atau perintah yang halus.
Misalnya, “Tolong ceritakan kisah kehidupan ibu selama ini!”
•
Membuat pernyataan yang kontroversial seperti “Dengan
berkaca pada perzinahan yang diberitakan media massa, tampaknya kasus ini dapat ditemukan di mana-mana: kota-desa, besar-kecil.”
•
Membuat pernyataan yang menggantung, belum tuntas
seperti “Tampaknya warga di sini hidup berkecukupan, cukup makan, cukup….”
•
Mengajukan kebingungan secara verbal, dengan sengaja
meminta informan untuk membantu menyusun pertanyaan sekaligus menjawabnya.
“Saya ingin mengetahui kehidupan keagamaan di desa ini, tapi saya tidak tahu
apa saja yang harus saya tanyakan dan siapa saja yang harus saya hubungi.”
•
Membuat jeda, tidak berkata apa pun dalam waktu cukup
lama (setengah hingga satu menit).
Anjuran
dalam Wawancara
•
Melakukan kontak mata sebagai tanda penghormatan dan
dorongan bagi informan untuk terus berbicara;
•
Mengendalikan otot muka, kepala, dan anggota badan
yang dapat mendorong informan untuk terus berbicara;
•
Mengembangkan sikap konsentrasi penuh, tidak
mempedulikan situasi sekitar kecuali dalam situasi tertentu yang bertalian
dengan topik wawancara;
•
Membuat komentar singkat yang menunjukkan perhatian,
seperti “ Ya.., hmh.., menarik, dan sebagainya;”
•
Menghindarkan diri dari perangkap pertanyaan yang
diajukan informan. “Pertanyaan yang menarik,
namun
saat ini saya lebih tertarik mendengar jawaban Anda;”
•
Membuat konfirmasi tentang ringkasan informasi yang
disampaikan informan;
•
Mengendalikan kecepatan bicara dan lama waktu
berbicara informan;
•
Membuat catatan, terutama data penting yang bertalian
dengan nama (orang, lokasi, dsb), angka (tahun, jumlah, dsb), dan
istilah-istilah penting.
Hal
yang Harus Diperhatikan dalam Wawancara
Bila wawancara dilakukan oleh lebih dari satu orang
•
Merundingkan tujuan dan rencana wawancara secara
kolektif;
•
Bekerja
sama
untuk mengajukan pertanyaan secara berkesinambungan dan runtut;
•
Mengatur giliran dalam mengajukan pertanyaan;
•
Menghindarkan diri dari pembunuhan pertanyaan rekan.
Hal yang harus dihindarkan dalam wawancara
•
Peneliti lebih banyak berbicara ketimbang informan;
•
Membuat gerakan-gerakan tubuh yang mengganggu informan;
•
Menyebut nama dan pendapat orang atau informan lain.
Mencatat
Wawancara
Mencatat atau menulis adalah menuangkan apa yang peneliti
alami ke dalam serangkaian simbol standar yang relatif ringkas, sehingga penulis dan komunitas ilmiah dapat memahami,
sekaligus menempatkannya sebagai benda objektif.
Sebagai
benda objektif, catatan akan
mengingatkan penulis tentang apa saja yang pernah ia cium, raba, dengar, baca, lihat,
rasakan, dan pikirkan pada serangkaian
titik waktu dan ruang tertentu.
Catatan
berperan sebagai sarana untuk memudahkan pengolahan data, meringkaskan dan
mengalihkannya kepada kode, sehingga memungkinkan
dilakukannya analisis yang lebih abstrak.
Catatan
juga berperan sebagai sarana yang memfasilitasi pemikiran, membandingkan,
menyusun kategori, menghubungkan satu
kejadian dengan kejadian lainnya, menemukan
pola dan tipe, mengembangkan satu atau beberapa konsep, serta merangkaikan satu
konsep dengan konsep lain yang nanti akan
berakhir pada suatu pejelasan baru.
Aspek-Aspek
Pencatatan
Waktu Pencatatan
Dalam
setiap pencatatan, peneliti diminta memberikan keterangan waktu tentang kapan
ia melakukan suatu kegiatan dan kapan pencatatan dilakukan. Hal ini penting
karena seorang peneliti wajib melakukan pencatatan sesegera mungkin, begitu ia mengalami kejadian penting (wawancara, pengamatan, ide, dan sebagainya). Tanpa itu
ia akan segera lupa dan mengacaukan antara satu hal dengan hal lainnya, membuka
peluang untuk memasukkan fiksi alih-alih
fakta, memasukkan pandangan pribadi alih-alih realitas.
Lokasi Pencatatan
Dalam
setiap pencatatan, peneliti diminta memberikan keterangan lokasi tentang di mana ia melakukan pencatatan. Tentang level
lokasi yang ia tulis: apakah nama
bangunan, institusi, jalan, kecamatan, kabupaten, kota, provinsi, negara – tergantung pada kepentingan peneliti itu sendiri.
Keterangan
Peneliti
memberi komentar tentang jalannya wawancara yang berisi materi antara lain:
•
Kehadiran pihak ketiga
•
Pendapat pribadi atas informan dan informasinya
•
Kontribusi wawancara terhadap tujuan studi
•
Glosari, kumpulan kata, atau konsep kunci
•
Penetapan agenda berikut (wawancara selanjutnya,
pencarian data sekunder, dan sebagainya)
Mekanisme
Pencatatan
Merekam (audio-video)
•
Menyiapkan peralatan teknis dan menguji
keberfungsiannya
•
Memberikan keterangan lisan pada media perekam
•
Memberikan keterangan tulisan pada media perekam
•
Mendengar, mengamati dalam kesatuan atau fragmen yang
utuh
•
Membuat transkripsi
•
Membuat ringkasan materi wawancara
Mencatat
•
Menyiapkan alat dan sarana tulisan
•
Menulis lengkap dengan steno
•
Menulis lengkap dengan berbagai singkatan (khususnya
untuk kata kerja dan kata sambung yang
sering muncul)
•
Menulis kata-kata dan angka-angka kunci
•
Menyalin kembali dan merapikan tulisan
•
Membuat ringkasan materi wawancara
Memfasilitasi
Pencatatan
•
Melakukan wawancara awal atau pengamatan awal sebagai
upaya pengenalan
•
Menetapkan agenda wawancara
•
Mengendalikan tempo pembicaraan informan
•
Memotong pembicaraan
•
Berkonsentrasi dalam penulisan dengan tidak menatap
mata informan
•
Mengulang untuk mengonfirmasi pernyataan informan
sebelumnya
•
Meminta informan untuk meringkaskan seluruh materi
seusai wawancara, atau membuat ringkasan verbal di depan informan
•
Meminta menghentikan wawancara untuk disambung di lain
waktu
•
Menulis secepatnya segera setelah selesai
wawancara/pengamatan sebelum melakukan kegiatan lainnya.
Format
Pencatatan
•
Menyiapkan buku yang lembaran kertasnya bergaris dan mudah ditanggalkan atau disobek;
•
Memberi spasi cukup lebar untuk menulis judul dan keterangan penunjang (lihat contoh);
•
Memberi spasi cukup lebar antara judul dan uraian
(lihat contoh);
•
Memberi margin kiri-kanan, atas-bawah yang cukup memadai dalam uraian;
•
Membuat alinea yang relatif singkat (maksimal 8
baris);
•
Memberi spasi 1 baris untuk memisahkan satu alinea
dari alinea berikutnya;
•
Menulis rapi dan mudah dibaca dengan alat tulis
bertinta hitam (merah);
•
Menulis uraian yang hanya terkait atau konsisten dengan
judul (membagi satu unit wawancara atau pengamatan ke dalam fragmen-fragmen
yang relatif mandiri);
•
Mengunakan lembar kertas berikutnya, jangan
menggunakan halaman sebaliknya.