Minggu, 24 Juli 2016

Fenomenologi dan Grounded Theory sebagai Metode Penelitian Kualitatif



Materi Kuliah Metode Penelitian Sosial (MPS) Kualitatif untuk Mahasiswa S2,
Senin 5 Maret 2012 (materi asli dalam bentuk Power Point)


Pengertian Fenomenologi

Secara harfiah fenomenologi adalah studi tentang fenomena: penampakan segala sesuatu sebagaimana dialami oleh manusia dalam struktur kesadaran mereka. Dalam pemahaman ini, fenomenologi bukan mempelajari segala sesuatu sebagai suatu entitas yang berdiri sendiri, benda objektif yang terlepas dari manusia yang mengamatinya; sebaliknya, sesuatu yang inheren dalam kesadaran sang pengamat yang bisa sangat subjektif, berbeda antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.

Kontras dengan kaum positivistik, dalam pandangan fenomenologi, realitas bukan apa yang berada di luar sana,  tetapi di sini, dalam kepala, dalam kesadaran manusia. Realitas adalah kesadaran manusia, eksistensi suatu realitas hanya ada sejauh manusia menyadarinya. Tanpa kesadaran, tidak ada realitas.


Kesadaran dan Penjelasannya

Kesadaran itu sendiri adalah himpunan kata-kata atau konsep-konsep yang saling berhubungan dalam suatu pola tertentu, yang memberikan makna bagi individu-individu tertentu.

Setiap kelompok pada dasarnya memiliki realitas sendiri: mereka melihat sesuatu, mengidentifikasi, dan mengaktivasi kata-kata yang mewakilinya, membuat relasi di antara kata-kata itu, dengan demikian menyusun suatu skema penjelasan, suatu ‘teori’ tentang realitas.


Kerangka Kemasuk-akalan Subjek Penelitian dan Peneliti

Dalam pemahaman fenomenologis, realitas tidak tunggal dan seragam, tetapi jamak dan bervariasi. Setiap kelompok memiliki versinya sendiri tentang realitas atau kebenaran.

Peneliti sebagai ilmuwan memiliki versinya sendiri tentang realitas sebagaimana dapat dilihat pada skema penjelasannya yang menghadirkan kosa kata dan hubungan antara kata-katanya yang khas. Ini tentu saja bermakna bagi peneliti dan komunitas ilmiahnya, namun mungkin sama sekali asing, kalau tidak dapat dikatakan sama sekali tidak bermakna, bagi subjek penelitiannya. Karena itu, peneliti perlu menyadari fakta ini dan berupaya untuk tidak memaksakan skema penjelasan dirinya kepada subjek penelitian.


Fenomenologi sebagai Metode

Bila diterapkan sebagai metode penelitian, ini berarti kita perlu masuk ke dalam kesadaran manusia yang menjadi subjek, mencoba memahami bagaimana ia melakukan konseptualisasi seluruh fenomena yang ada di sekitarnya melalui kosa kata aslinya.

Berdasarkan hal tersebut, mengkonstrusikannya kembali sehingga dunia yang ia lihat bukan sekadar bermaka bagi dirinya sendiri, melainkan juga pihak luar yang selama ini memiliki dunianya sendiri.


Mekanisme Teknis Metode Fenomenologi

      Mengembangkan hubungan yang baik dengan subjek penelitian;
      Mengerangkeng kosa kata dan penilaian peneliti;
      Menguasai bahasa ibu subjek penelitian;
      Memahami kosa kata orsinal subjek penelitian;
      Membuat deskripsi yang komprehensif tentang sejumlah kata kunci orisinal;
      Memberikan penafsiran yang tepat tentang skema penjelasan subjek penelitian;
      Merekonstruksi skema penjelasan subjek penelitian;
      Membuat perbandingan skema penjelasan subjek penelitian dan peneliti; berdasarkan ini
      Membuat kesimpulan konklusif.


Pengantar Grounded Theory

Pendekatan Grounded Theory (GT) adalah metode penelitian kualitatif yang menggunakan sejumlah prosedur sistematis guna mengembangkan teori dari lapangan, bukan dari atas meja.

Pendekatan ini pertama kali dikembangkan oleh dua orang sosiolog: Barney Glaser dan Anselm Strauss yang menuliskan hal ini dalam 4 (empat) buah buku: The Discovery of Grounded Theory (1967), Theoritical Sensitivity (1978), Qualitative Analysis for Social Scientists (1987), dan Basics of Qualitative Research: Grounded Theory Procedures and Techniques (1990).

Menurut mereka pendekatan GT merupakan metode ilmiah, karena prosedur kerjanya yang dirancang secara cermat sehingga memenuhi kriteria metode ilmiah. Kriteria dimaksud adalah adanya signikansi, kesesuaian antara teori dan observasi, dapat digeneralisasikan, dapat diteliti ulang, adanya ketepatan dan ketelitian, serta bisa dibuktikan.


Tujuan Grounded Theory

Tujuan GT adalah teoritisasi data. Teoritisasi adalah sebuah metode penyusunan teori yang berorientasi tindakan/interaksi, karena itu cocok digunakan untuk penelitian terhadap perilaku. Penelitian ini tidak bertolak dari suatu teori atau untuk menguji teori (seperti paradigma penelitian kuantitatif), melainkan bertolak dari data menuju suatu teori.

Demi keperluan tersebut, yang diperlukan dalam proses menuju teori itu adalah prosedur yang terencana dan teratur (sistematis). Selanjutnya, metode analisis yang ditawarkan GT adalah teoritisasi data.


Perumusan Permasalahan

Bertolak dari dasar asumsi dan kemungkinan yang diutarakan di atas, rumusan masalah dalam GT disusun secara bertahap:

      Pada tahap awal – sebelum pengumpulan data, dikemukakan rumusan masalah yang bersifat luas (tetapi tidak terlalu terbuka), yang kemudian nanti – setelah data yang bersifat umum dikumpulkan rumusan masalahnya semakin dipersempit dan lebih difokuskan sesuai dengan sifat data yang dikumpulkan.

      Intinya adalah, rumusan masalah dalam GT disusun lebih dari satu kali. Rumusan masalah yang diajukan pada tahap pertama dimaksudkan sebagai panduan dalam mengumpulkan data, sedangkan rumusan masalah yang diajukan pada tahap berikutnya dimaksudkan sebagai panduan untuk menyusun teori. Perumusan masalah yang disebut terakhir ini inheren dengan perumusan hipotesis penelitian.


Pemakaian Teori Terdahulu

Sebagaimana penelitian kualitatif pada umumnya, pendekatan GT sama sekali tidak bermaksud untuk menguji teori, dan bahkan tidak bertolak dari variabel-variabel yang direduksi dari suatu teori.

Sungguh tidak relevan jika penelitian dengan GT dimulai dengan teori atau variabel yang telah ada, karena akan menghambat pengembangan rumusan teori baru. Oleh sebab itu, penelitian GT tidak perlu terlalu terpangaruh oleh literatur karena akan menutupi kreativitas dalam mengumpulkan, memahami, dan menganalisis data.

Inilah yang dimaksudkan dalam pendekatan GT, bahwa sesungguhnya peneliti belum memiliki pengetahuan tentang objek yang diteliti, termasuk jenis data dan kategori-kategori yang mungkin ditemukan. Dalam pendekatan GT, teori yang sudah ada harus diletakkan sesuai dengan maksud penelitian yang dikerjakan.


Pemakaian Teori

Penelitian yang bermaksud menemukan teori  mendasar

Jika peneliti menghadapi kesulitan konseptual ketika merumuskan masalah, membangun kerangka berpikir, dan menyusun bahan wawancara, ia dapat menggunakan teori atau konsep-konsep yang berlaku hingga ditemukan konsep yang berasal dari lapangan.

Jika penelitian GT menemukan teori yang memiliki hubungan dengan teori yang sudah dikenal, maka temuan baru itu merupakan sumbangan baru untuk memperluas teori yang sudah ada. Demikian pula, jika ternyata teori yang ditemukan identik dengan teori yang sudah ada, maka teori yang ada dapat dijadikan sebagai pengabsahan bagi temuan baru itu.

Jika peneliti sudah menemukan kategori-kategori dari data yang dikumpulkan, maka ia perlu memeriksa apakah sistem kategori serupa telah ada sebelumnya. Jika ya, maka peneliti perlu memahami tentang apa saja yang dikatakan oleh peneliti lain tentang kategori tersebut, tetapi bukan untuk mengikutinya.


Penelitian yang bermaksud memperluas teori

Jika penelitian bermaksud memperluas teori yang telah ada, maka penelitian dapat dimulai dari teori tersebut dengan merujuk kerangka umum teori itu. Dengan kata lain, kerangka teoritik yang sudah ada bisa digunakan untuk menginterpretasi dan mendekati data.

Namun demikian, penelitian yang sekarang harus dikembangkan secara tersendiri dan terlepas dari teori sebelumnya. Dengan demikian, penelitian dapat dengan bebas memilih data yang dikumpulkan, sehingga memungkinkan teori awalnya dapat diubah, ditambah, atau dimodifikasi.


Penelitian yang bertolak dari teori yang sudah ada

Jika penelitian sekarang bertolak dari teori yang sudah ada, maka ia dapat dimanfaatkan untuk menyusun sejumlah pertanyaan atau menjadi pedoman dalam pengamatan/wawancara untuk mengumpul data awal.

Jika temuan penelitian sekarang berbeda dari teori yang sudah ada, maka peneliti dapat menjelaskan bagaimana dan mengapa temuannya berbeda dengan teori yang ada.


Analisis Data

Pada esensinya kegiatan pengumpulan dan analisis data dalam GT adalah proses yang saling berkaitan erat dan harus dilakukan secara bergantian (siklus). Karena itu kegiatan analisis --yang dibicarakan pada bagian berikut -- telah dikerjakan pada saat pengumpulan data sedang berlangsung.

Kegiatan analisis dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk pengkodean (coding). Pengkodean merupakan proses penguraian data, pengonsepan, dan penyusunan kembali dengan cara baru.

Tujuan pengkodean dalam penelitian GT adalah untuk:
-          menyusun teori,
-          memberikan ketepatan proses penelitian,
-          membantu peneliti mengatasi bias dan asumsi yang keliru, dan
-          memberikan landasan, kepadatan makna, dan mengembangkan kepekaan untuk menghasilkan teori.

Ada dua prosedur analisis yang merupakan dasar bagi proses pengkodean, yaitu:

(a)   pembuatan perbandingan secara terus-menerus (the constant comparative methode of analysis)
(b)   pengajuan pertanyaan

Dalam konteks penelitian GT, hal-hal yang diperbandingkan itu cukup beragam, yang intinya berada di sekitar:
-          relevansi fenomena atau data yang ditemukan dengan permasalahan pokok penelitian, dan
-          posisi dari setiap fenomena dilihat dari sifat-sifat atau ukurannya dalam suatu tingkatan garis kontinum


Analisis Proses

Menganalisis proses merupakan bagian penting dalam GT. Yang dimaksud dengan analisis proses adalah pengaitan urutan tindakan/interaksi.

Kegiatan analisis ini terdiri dari penelusuran terhadap:
- perubahan kondisi,
            - respons (strategi aksi/interaksi) terhadap perubahan,
            - konsekuensi yang timbul dari respons, dan
            - penjabaran posisi konsekuensi sebagai bagian dari kondisi.

Pada penelitian GT, analisis proses bukan merupakan bagian tahapan kegiatan, tetapi sebagai cara untuk mempertajam analisis dalam pengkodean (khusus pada pengkodean terporos dan pengkodean terpilih). Hasil analisis proses itu juga perlu ditunjukkan dalam penulisan laporan penelitian. Maksud analisis proses ini adalah sebagai cara untuk menghidupkan data melalui penggambaran dan pengaitan tindakan/interaksi untuk mengetahui urutan dan atau rangkaian data.

Pengaitan tersebut tidak hanya untuk mengenali urutan waktu atau kronologi suatu peristiwa, melainkan juga menemukan keterkaitan antara stimulus-respons, sebab-akibat. Kondisi, respons, dan konsekuensi harus dilihat sebagai tiga hal yang terus bergerak secara dinamis dan berputar mengikuti garis lingkaran.

Dalam praktiknya, proses dapat dilihat sebagai pergerakan progresif dan dapat pula dilihat sebagai pergerakan nonprogresif. Kedua perspektif proses ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

      Jika proses dilihat sebagai pergerakan progresif, maka peneliti dapat mengonsepkan data sebagai langkah-langkah, fase-fase, atau tahapan. Cara ini cukup baik untuk penelitian yang membahas tentang perkembangan, sosialisasi, transformasi mobilitas sosial, imigrasi, dan peristiwa sejarah. Hal penting yang perlu diingat di sini ialah semua unsur paradigma GT harus berperan dalam menjelaskan rentang waktu dan variasinya, di mana keterkaitan atau hubungan-hubungan antar unsur tetap dapat dieksplisitkan.

      Jika proses sebagai pergerakan nonprogresif, bagaimanapun tidak semua fenomena terjadi secara kronologis, karena tidak jarang pula ditemukan fenomena yang tidak dapat dinyatakan sebagai langkah-langkah dan fase-fase progresif yang runtut. Untuk fenomena seperti ini, peneliti dianjurkan untuk menganalisis penggantian atau perubahan tindakan/interaksi yang terencana sebagai tanggapan atas perubahan kondisi.


Pengumpulan Data

Pada dasarnya instrumen pengumpul data penelitian GT adalah peneliti sendiri. Dalam proses kerja pengumpulan data itu, ada 2 (dua) metode utama yang dapat digunakan secara simultan, yaitu observasi dan wawancara mendalam. Metode observasi dan wawancara dalam GT tidak berbeda dengan hal serupa pada jenis penelitian kualitatif lainnya.

Hal yang spesifik yang membedakan pengumpulan data pada penelitian GT dari pendekatan kualitatif lainnya adalah pada pemilihan fenomena yang dikumpulkan. Setidaknya pada GT sangat ditekankan untuk menggali data perilaku yang sedang berlangsung (life history) untuk melihat prosesnya, serta ditujukan untuk menangkap hal-hal yang bersifat kausalitas.

Seorang peneliti GT selalu mempertanyakan "mengapa suatu kondisi terjadi?", "apa konsekuensi yang timbul dari suatu tindakan/reaksi?", dan "seperti apa tahap-tahap kondisi, tindakan/reaksi, dan konsekuensi itu berlangsung"?


Penutup

GT adalah satu jenis metode penelitian kualitatif yang berorientasi pada penemuan teori dari lapangan. Dilihat dari prosedur, prinsip, dan teknik yang digunakan, metode ini benar-benar bersifat kualitatif murni, tetapi jika dilihat dari kerangka berpikir yang digunakan ternyata secara implisit pendekatan ini meminjam metode kuantitatif.

Paling tidak ada 3 (tiga) dasar kerangka berpikir kuantitif yang dipinjam GT:

      Penggunaan hukum kausalitas sebagai dasar penyusunan teori. Seperti diketahui,  dalam epistemologi ilmiah, prinsip kausalitas adalah salah satu asumsi dasar bagi pengembangan ilmu pengetahuan, karena sangat diyakini segala hal yang terjadi di alam ini tidak lepas dari hukum sebab-akibat.

      Pengukuran fenomena. Penelitian kualitatif pada umumnya tidak melakukan pengukuran terhadap data yang ditemukannya, melainkan lebih menekankan pada pengelompokan konfigurasi dari variasinya. Lain hal dengan GT, di sini dilakukan pengukuran-pengukuran, sebagaimana yang lazim dilakukan pada metode kuantitatif.

      Penggunaan variabel. Secara eksplisit memang tidak pernah disebut-sebut istilah variabel dalam GT. Tetapi dengan penggunaan paradigma teoritik yang membagi fenomena ke dalam kondisi kausal, konteks, kondisi pengaruh, tindakan/interaksi, dan konsekuensi, serta mencari hubungan-hubungan antara unsur-unsur itu merupakan pertanda bahwa di dalam metode ini digunakan konsep-konsep yang identik dengan variabel.

Perkawinan metode kualitatif dengan kuantitatif dalam GT merupakan satu perkembangan baru. Proses perkawinan itu sendiri dimungkinkan karena Strauss dan Glaser sebagai dua tokoh penggagas metode ini memiliki latar pemikiran yang berbeda (kualitatif dan kuantitatif).

Tuntutan perkembangan metode keilmuan terus berkembang. Mau tak mau, metode kualitatif harus menata prosedur dan teknik-teknik penelitiannya, agar semakin dipercaya sebagai metode yang dapat diandalkan dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar