Materi Kuliah Metode Penelitian Sosial
(MPS) Kualitatif untuk Mahasiswa S2,
Senin 5 Maret 2012 (materi asli dalam
bentuk Power Point)
Pengertian
Fenomenologi
Secara
harfiah fenomenologi adalah studi tentang fenomena: penampakan segala sesuatu
sebagaimana dialami oleh manusia dalam struktur kesadaran mereka. Dalam pemahaman ini, fenomenologi bukan
mempelajari segala sesuatu sebagai suatu entitas yang berdiri sendiri, benda objektif yang terlepas dari manusia yang mengamatinya;
sebaliknya, sesuatu yang inheren dalam kesadaran sang pengamat yang bisa sangat
subjektif, berbeda antara satu
kelompok dengan kelompok lainnya.
Kontras
dengan kaum positivistik, dalam pandangan fenomenologi, realitas bukan apa yang
berada di luar sana, tetapi di sini,
dalam kepala, dalam kesadaran manusia. Realitas adalah kesadaran manusia, eksistensi suatu realitas hanya ada
sejauh manusia menyadarinya. Tanpa kesadaran, tidak ada realitas.
Kesadaran
dan Penjelasannya
Kesadaran
itu sendiri adalah himpunan kata-kata atau konsep-konsep yang saling
berhubungan dalam suatu pola tertentu, yang memberikan
makna bagi individu-individu tertentu.
Setiap
kelompok pada dasarnya memiliki realitas sendiri: mereka melihat sesuatu,
mengidentifikasi, dan mengaktivasi kata-kata
yang mewakilinya, membuat relasi di antara
kata-kata itu, dengan demikian menyusun suatu skema penjelasan, suatu ‘teori’
tentang realitas.
Kerangka
Kemasuk-akalan Subjek Penelitian dan Peneliti
Dalam
pemahaman fenomenologis, realitas tidak tunggal dan seragam, tetapi jamak dan
bervariasi. Setiap kelompok memiliki versinya sendiri tentang realitas atau
kebenaran.
Peneliti
sebagai ilmuwan memiliki versinya sendiri tentang realitas sebagaimana dapat
dilihat pada skema penjelasannya yang menghadirkan kosa kata dan hubungan
antara kata-katanya yang khas. Ini tentu saja bermakna bagi peneliti dan
komunitas ilmiahnya, namun mungkin sama sekali asing, kalau tidak dapat dikatakan sama sekali tidak
bermakna, bagi subjek penelitiannya.
Karena itu, peneliti perlu menyadari fakta ini dan berupaya untuk tidak
memaksakan skema penjelasan dirinya kepada
subjek penelitian.
Fenomenologi
sebagai Metode
Bila
diterapkan sebagai metode penelitian, ini berarti kita perlu masuk ke dalam
kesadaran manusia yang menjadi subjek, mencoba
memahami bagaimana ia melakukan konseptualisasi seluruh fenomena yang ada di
sekitarnya melalui kosa kata aslinya.
Berdasarkan
hal tersebut, mengkonstrusikannya kembali
sehingga dunia yang ia lihat bukan sekadar bermaka bagi
dirinya sendiri, melainkan juga pihak luar yang selama ini memiliki dunianya
sendiri.
Mekanisme
Teknis Metode Fenomenologi
•
Mengembangkan hubungan yang baik dengan subjek penelitian;
•
Mengerangkeng kosa kata dan penilaian peneliti;
•
Menguasai bahasa ibu subjek penelitian;
•
Memahami kosa kata orsinal subjek penelitian;
•
Membuat deskripsi yang komprehensif tentang sejumlah
kata kunci orisinal;
•
Memberikan penafsiran yang tepat tentang skema penjelasan
subjek penelitian;
•
Merekonstruksi skema penjelasan subjek penelitian;
•
Membuat perbandingan skema penjelasan subjek penelitian dan peneliti; berdasarkan ini
•
Membuat kesimpulan konklusif.
Pengantar
Grounded Theory
Pendekatan
Grounded Theory (GT) adalah metode penelitian
kualitatif yang menggunakan sejumlah prosedur sistematis guna mengembangkan
teori dari lapangan, bukan dari atas meja.
Pendekatan
ini pertama kali dikembangkan oleh dua orang sosiolog: Barney Glaser dan Anselm
Strauss yang menuliskan hal ini dalam 4 (empat) buah buku: The Discovery of
Grounded Theory (1967), Theoritical Sensitivity (1978), Qualitative
Analysis for Social Scientists (1987), dan Basics of Qualitative
Research: Grounded Theory Procedures and Techniques (1990).
Menurut
mereka pendekatan GT merupakan metode ilmiah, karena prosedur kerjanya yang
dirancang secara cermat sehingga memenuhi kriteria metode ilmiah. Kriteria
dimaksud adalah adanya signikansi, kesesuaian antara teori dan observasi, dapat
digeneralisasikan, dapat diteliti ulang, adanya ketepatan dan ketelitian, serta
bisa dibuktikan.
Tujuan
Grounded Theory
Tujuan
GT adalah teoritisasi data. Teoritisasi adalah sebuah metode penyusunan teori
yang berorientasi tindakan/interaksi, karena itu cocok digunakan untuk
penelitian terhadap perilaku. Penelitian ini tidak bertolak dari suatu teori
atau untuk menguji teori (seperti paradigma penelitian kuantitatif), melainkan
bertolak dari data menuju suatu teori.
Demi
keperluan tersebut, yang diperlukan
dalam proses menuju teori itu adalah prosedur yang terencana dan teratur
(sistematis). Selanjutnya, metode analisis yang ditawarkan GT adalah
teoritisasi data.
Perumusan
Permasalahan
Bertolak
dari dasar asumsi dan kemungkinan yang diutarakan di atas, rumusan masalah dalam
GT disusun secara bertahap:
•
Pada tahap awal – sebelum
pengumpulan data, dikemukakan rumusan masalah yang bersifat
luas (tetapi tidak terlalu terbuka), yang kemudian nanti – setelah data yang bersifat umum dikumpulkan — rumusan masalahnya
semakin dipersempit dan lebih difokuskan sesuai dengan sifat data yang
dikumpulkan.
•
Intinya adalah, rumusan masalah dalam GT disusun lebih
dari satu kali. Rumusan masalah yang diajukan pada tahap pertama dimaksudkan
sebagai panduan dalam mengumpulkan data, sedangkan rumusan
masalah yang diajukan pada tahap berikutnya dimaksudkan sebagai panduan untuk
menyusun teori. Perumusan masalah yang disebut terakhir ini inheren dengan
perumusan hipotesis penelitian.
Pemakaian
Teori Terdahulu
Sebagaimana
penelitian kualitatif pada umumnya, pendekatan GT sama sekali tidak bermaksud
untuk menguji teori, dan bahkan tidak bertolak dari variabel-variabel yang
direduksi dari suatu teori.
Sungguh
tidak relevan jika penelitian dengan GT dimulai dengan teori atau variabel yang
telah ada, karena akan menghambat pengembangan rumusan teori baru. Oleh sebab
itu, penelitian GT tidak perlu terlalu terpangaruh oleh literatur karena akan
menutupi kreativitas dalam mengumpulkan, memahami, dan menganalisis data.
Inilah yang
dimaksudkan dalam pendekatan GT, bahwa sesungguhnya peneliti belum memiliki
pengetahuan tentang objek yang diteliti,
termasuk jenis data dan kategori-kategori yang mungkin ditemukan. Dalam pendekatan GT, teori yang sudah ada harus
diletakkan sesuai dengan maksud penelitian yang dikerjakan.
Pemakaian
Teori
Penelitian
yang bermaksud menemukan
teori mendasar
Jika
peneliti menghadapi kesulitan konseptual ketika merumuskan masalah, membangun
kerangka berpikir, dan menyusun bahan wawancara, ia dapat menggunakan teori
atau konsep-konsep yang berlaku hingga ditemukan konsep yang berasal dari
lapangan.
Jika
penelitian GT menemukan teori yang memiliki hubungan dengan teori yang sudah
dikenal, maka temuan baru itu merupakan sumbangan baru untuk memperluas teori
yang sudah ada. Demikian pula, jika
ternyata teori yang ditemukan identik dengan teori yang sudah ada, maka teori
yang ada dapat dijadikan sebagai pengabsahan bagi temuan baru itu.
Jika
peneliti sudah menemukan kategori-kategori dari data yang dikumpulkan, maka ia
perlu memeriksa apakah sistem kategori serupa telah ada sebelumnya. Jika ya,
maka peneliti perlu memahami tentang apa saja yang dikatakan oleh peneliti lain
tentang kategori tersebut, tetapi bukan untuk mengikutinya.
Penelitian
yang bermaksud memperluas teori
Jika
penelitian bermaksud memperluas teori yang telah ada, maka penelitian dapat
dimulai dari teori tersebut dengan merujuk kerangka umum teori itu. Dengan kata
lain, kerangka teoritik yang sudah ada bisa digunakan untuk menginterpretasi
dan mendekati data.
Namun
demikian, penelitian yang sekarang harus dikembangkan secara tersendiri dan
terlepas dari teori sebelumnya. Dengan demikian, penelitian dapat dengan bebas
memilih data yang dikumpulkan, sehingga memungkinkan teori awalnya dapat
diubah, ditambah, atau dimodifikasi.
Penelitian yang bertolak dari teori
yang sudah ada
Jika
penelitian sekarang bertolak dari teori yang sudah ada, maka ia dapat
dimanfaatkan untuk menyusun sejumlah pertanyaan atau menjadi pedoman dalam
pengamatan/wawancara untuk mengumpul data awal.
Jika
temuan penelitian sekarang berbeda dari teori yang sudah ada, maka peneliti
dapat menjelaskan bagaimana dan mengapa temuannya berbeda dengan teori yang
ada.
Analisis
Data
Pada
esensinya kegiatan pengumpulan dan analisis data dalam GT adalah proses yang
saling berkaitan erat dan harus dilakukan secara bergantian (siklus). Karena
itu kegiatan analisis --yang dibicarakan pada bagian berikut -- telah dikerjakan pada saat pengumpulan data
sedang berlangsung.
Kegiatan
analisis dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk pengkodean (coding). Pengkodean merupakan proses penguraian data,
pengonsepan, dan penyusunan kembali dengan cara baru.
Tujuan
pengkodean dalam penelitian GT adalah untuk:
-
menyusun teori,
-
memberikan ketepatan proses penelitian,
-
membantu peneliti mengatasi bias dan asumsi yang
keliru, dan
-
memberikan landasan, kepadatan makna, dan
mengembangkan kepekaan untuk menghasilkan teori.
Ada
dua prosedur analisis yang merupakan dasar bagi proses pengkodean, yaitu:
(a)
pembuatan perbandingan secara terus-menerus (the constant comparative methode of analysis)
(b)
pengajuan pertanyaan
Dalam
konteks penelitian GT, hal-hal yang diperbandingkan itu
cukup beragam, yang intinya berada di sekitar:
-
relevansi fenomena atau data yang ditemukan dengan
permasalahan pokok penelitian, dan
-
posisi dari setiap fenomena dilihat dari sifat-sifat
atau ukurannya dalam suatu tingkatan garis kontinum
Analisis
Proses
Menganalisis
proses merupakan bagian penting dalam GT. Yang dimaksud dengan analisis proses
adalah pengaitan urutan tindakan/interaksi.
Kegiatan
analisis ini terdiri dari penelusuran terhadap:
- perubahan kondisi,
-
respons (strategi aksi/interaksi) terhadap perubahan,
-
konsekuensi
yang timbul dari respons, dan
-
penjabaran
posisi konsekuensi sebagai bagian dari
kondisi.
Pada
penelitian GT, analisis proses bukan merupakan bagian tahapan kegiatan, tetapi
sebagai cara untuk mempertajam analisis dalam pengkodean (khusus pada
pengkodean terporos dan pengkodean terpilih). Hasil analisis proses itu juga
perlu ditunjukkan dalam penulisan laporan penelitian. Maksud analisis proses
ini adalah sebagai cara untuk menghidupkan data melalui penggambaran dan pengaitan
tindakan/interaksi untuk mengetahui urutan dan atau rangkaian data.
Pengaitan tersebut tidak hanya untuk mengenali urutan waktu atau
kronologi suatu peristiwa, melainkan juga menemukan keterkaitan antara
stimulus-respons, sebab-akibat. Kondisi, respons, dan konsekuensi harus dilihat
sebagai tiga hal yang terus bergerak secara dinamis dan berputar mengikuti
garis lingkaran.
Dalam
praktiknya, proses dapat dilihat
sebagai pergerakan progresif dan dapat pula dilihat sebagai pergerakan
nonprogresif. Kedua perspektif proses ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
•
Jika proses dilihat sebagai pergerakan progresif, maka
peneliti dapat mengonsepkan data sebagai langkah-langkah, fase-fase, atau
tahapan. Cara ini cukup baik untuk penelitian yang membahas tentang
perkembangan, sosialisasi, transformasi mobilitas sosial, imigrasi, dan
peristiwa sejarah. Hal penting yang perlu diingat di sini ialah semua unsur
paradigma GT harus berperan dalam menjelaskan rentang waktu dan variasinya, di
mana keterkaitan atau hubungan-hubungan antar unsur tetap dapat dieksplisitkan.
•
Jika proses sebagai
pergerakan nonprogresif, bagaimanapun tidak semua fenomena terjadi secara
kronologis, karena tidak jarang pula ditemukan fenomena yang tidak dapat
dinyatakan sebagai langkah-langkah dan fase-fase progresif yang runtut. Untuk
fenomena seperti ini, peneliti dianjurkan untuk menganalisis penggantian atau
perubahan tindakan/interaksi yang terencana sebagai tanggapan atas perubahan
kondisi.
Pengumpulan
Data
Pada
dasarnya instrumen pengumpul data penelitian GT adalah peneliti sendiri. Dalam
proses kerja pengumpulan data itu, ada 2 (dua) metode utama yang dapat
digunakan secara simultan, yaitu observasi dan wawancara mendalam. Metode
observasi dan wawancara dalam GT tidak berbeda dengan hal serupa pada jenis
penelitian kualitatif lainnya.
Hal
yang spesifik yang membedakan pengumpulan data pada penelitian GT dari
pendekatan kualitatif lainnya adalah pada pemilihan fenomena yang dikumpulkan.
Setidaknya pada GT sangat ditekankan untuk menggali data perilaku yang sedang
berlangsung (life history) untuk melihat prosesnya, serta ditujukan untuk menangkap hal-hal yang bersifat
kausalitas.
Seorang
peneliti GT selalu mempertanyakan "mengapa suatu kondisi terjadi?",
"apa konsekuensi yang timbul dari suatu
tindakan/reaksi?", dan "seperti apa tahap-tahap kondisi,
tindakan/reaksi, dan konsekuensi itu
berlangsung"?
Penutup
GT
adalah satu jenis metode penelitian kualitatif yang berorientasi pada penemuan
teori dari lapangan. Dilihat dari prosedur, prinsip, dan teknik yang digunakan,
metode ini benar-benar bersifat kualitatif murni, tetapi jika dilihat dari
kerangka berpikir yang digunakan ternyata secara implisit pendekatan ini
meminjam metode kuantitatif.
Paling
tidak ada 3 (tiga) dasar kerangka berpikir kuantitif yang dipinjam GT:
•
Penggunaan hukum kausalitas sebagai dasar penyusunan
teori. Seperti diketahui, dalam
epistemologi ilmiah, prinsip kausalitas adalah salah satu asumsi dasar bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
karena sangat diyakini segala hal yang terjadi di alam ini tidak lepas dari
hukum sebab-akibat.
•
Pengukuran fenomena. Penelitian kualitatif pada umumnya tidak melakukan pengukuran terhadap
data yang ditemukannya, melainkan lebih menekankan pada pengelompokan
konfigurasi dari variasinya. Lain hal dengan GT, di sini dilakukan
pengukuran-pengukuran, sebagaimana yang lazim dilakukan pada metode
kuantitatif.
•
Penggunaan variabel. Secara eksplisit
memang tidak pernah disebut-sebut istilah variabel dalam GT. Tetapi dengan
penggunaan paradigma teoritik yang membagi fenomena ke dalam kondisi kausal,
konteks, kondisi pengaruh, tindakan/interaksi, dan konsekuensi, serta mencari
hubungan-hubungan antara unsur-unsur itu merupakan pertanda bahwa di dalam
metode ini digunakan konsep-konsep yang identik dengan variabel.
Perkawinan
metode kualitatif dengan kuantitatif dalam GT merupakan satu perkembangan baru.
Proses perkawinan itu sendiri dimungkinkan karena Strauss dan Glaser sebagai
dua tokoh penggagas metode ini memiliki latar pemikiran yang berbeda
(kualitatif dan kuantitatif).
Tuntutan
perkembangan metode keilmuan terus berkembang. Mau tak mau, metode kualitatif
harus menata prosedur dan teknik-teknik penelitiannya, agar semakin dipercaya sebagai metode yang dapat
diandalkan dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar