Rabu, 24 Agustus 2016

Kerusuhan di Pertandingan Sepak Bola

Pokok wawancara dengan tabloid Bola, Selasa 29 Juli 2008


Mengapa terjadi kerusuhan di pertandingan sepak bola?

Ada banyak faktor, namun yang paling relevan adalah:

  1. Jenis permainan sepak bola itu sendiri
    • Sepak bola sebagai jenis olah raga yang melibatkan banyak pemain; sedemikian sehingga untuk dapat bekerja sama, olah raga ini cenderung memberi penekanan yang berlebihan pada solidaritas. Awalnya hanya pada diri pemain, namun dalam perkembangannya juga terjadi di  antara para penonton yang mendukungnya; 
    • Sepak bola sebagai jenis olah raga yang memiliki kecenderungan tinggi untuk terjadinya kontak fisik, yang pada gilirannya mengarah pada kekerasan (sepak bola dapat disamakan dengan pertarungan gladiator (hidup-mati), seperti juga tinju, rugby atau American Football;
    • Sepak bola sebagai jenis olah raga yang paling mirip dengan situasi kehidupan sosial, yang menuntut orang berjuang mati-matian agar tetap hidup dalam periode  waktu tertentu (bekerja sama untuk mencetak gol dan menahan bola agar tidak kebobolan gawangnya). Singkatnya, sepak bola sebagai pentas kehidupan yang realistik, sehingga cenderung mendorong identifikasi dan empati banyak orang yang menyaksikannya;
    • Sepak bola sebagai jenis olah raga yang memiliki cukup banyak aspek yang tidak terukur dan tidak terkendali, sehingga rentan menimbulkan kontroversi keputusan wasit;
    • Sepak bola sebagai jenis olah raga populer, terutama di lapisan menengah ke bawah; jumlahnya banyak dan pada saat yang sama memiliki kerentanan dalam berbagai aspek hehidupan.

  1. Profil sosial pemain
    • umumnya berasal dari lapisan bawah yang selain mengalami kesulitan kehidupan, mereka juga terbiasa dengan permainan sepak bola yang keras seperti liga tarkam dan pendidikan sekolah sepak bola a la militer;
    • umumnya pendidikan mereka hanya setara dengan SLTA, cenderung lebih berpikir dengan kepalan ketimbang kepala; apalagi mengingat bila sekolah sekarang ini cenderung pada tawuran;
    • umumnya menjalani kehidupan yang terisolasi dari kontak dengan kehidupan normal, lebih banyak berinteraksi dengan rekan-rekan se-tim yang pada gilirannya menghasilkan solidaritas yang tinggi, baik dalam arti positif mau pun negatif.

  1. Profil sosial official (pelatih dkk)
    • umumnya bekas pemain, karena itu juga mengalami kehidupan yang keras, serta membawa kultur solidaritas & kekerasan itu ketika mengelola para pemainnya;
    • berasal dari lapisan menengah ke bawah, lulusan SLTA;
    • kalah pamor dibanding pemain.

  1. Profil klub sepak bola
    • Sebagian besar dari perserikatan, kendati sekarang cukup banyak yang merupakan klub profesional, namun pendekatannya hampir mirip, yakni berorientasi pada fanatisme kedaerahan dan/atau kesukuan;
    • Pengurus umumnya terdiri dari gabungan mantan pemain sepak bola yang ‘keras,’ pejabat daerah yang politis dan hanya berorientasi pada kemenangan;
    • Ada kecenderungan mereka mulai mengelola para pendukung dan, sadar atau tidak, membina pendukung dengan kultur solidaritas sempit yang berpotensi melahirkan kekerasan.

  1. Profil sosial wasit
    • Berasal dari lapisan menengah ke bawah;
    • Memiliki pekerjaan ganda, kurang profesional;
    • Kalah pamor/prestise dibanding pemain dan official;
    • Penghasilan kurang, rentan bagi aktivitas ‘penyuapan’ sehinga mudah menyulut pengambilan keputusan yang tidak adil.

  1. Profil sosial olah raga induk
    • Gabungan dari mantan pemain sepak bola & pejabat politis yang lebih mementingkan aspek-aspek lain di luar pengejaran prestasi berdasarkan suatu sistem;
    • Cenderung tidak menerapkan sanksi yang tegas kepada berbagai bentuk pelanggaran, baik yang dilakukan oleh pemain, official, maupun penonton.

  1. Profil sosial penonton
    • Umumnya lapisan bawah,  lulusan SLTA, pengangguran;
    • Ketika menyaksikan pertandingan sepak bola, cenderung datang berkelompok dan tidak memiliki uang yang memadai, baik untuk membeli tiket maupun jajan;
    • Kecenderungan pengorganisasian pendukung oleh klub-klub sepak bola.

  1. Karakteristik bangunan stadion
    • Lapangan tidak memenuhi standar permainan yang baik, sehingga lebih menimbulkan frustasi pada diri pemain;
    • Stadion tidak memiliki standar pengamanan yang memadai, yang dapat memisahkan antara pemain dengan penonton, antara penonton satu dengan penonton lain.

  1. Profil dan modus aparat keamanan
    • Jumlah aparat yang kurang dan persepsi tidak prestisius tentang para penonton bola (bandingkan dengan versus mahasiswa);
    • Kecenderungan untuk tidak menerapkan sanksi hukum pidana pada pelaku kerusuhan karena jumlahnya. Mereka hanya dianggap sebagai perusuh, bukan pelaku kriminal.

1 komentar:

  1. Some professional soccer player indeed has resulted in the flow of funds is quite tempting . However there is one country
    http://www.suksestoto.com/

    BalasHapus