Materi
Perkuliahan Sosiologi Agama, 19 Oktober
2011
[Materi asli dalam bentuk Power Point]
Apakah
Ada Agama Baduy?
•
Seorang lelaki berusia 60 tahunan, berpeci putih dan
bersarung, di sebuah kampung Baduy Luar mengatakan bahwa ada kebiasaan di kalangan orang
Banten tertentu untuk datang berziarah ke Baduy sebelum mereka naik haji. Hal
yang sama juga dilakukan oleh orang-orang yang karena kemampuan ekonominya
tidak dapat naik haji. Mereka yang disebut terakhir ini, berharap dengan
berziarah ke Baduy mereka satu waktu dapat naik haji, atau setidaknya menjadi
haji kecil.
•
Menjawab pertanyaan saya, lelaki yang dianggap pemuka
agama Islam di sana itu mengatakan, orang Baduy
kendati bukan orang Islam, namun memiliki ciri-ciri Keislaman, dan doa mereka
lebih manjur, lebih didengar Tuhan. Saya tidak tahu seberapa jauh kebenaran anggapan itu hingga
beberapa bulan kemudian, seorang dosen asal Jawa meminta saya untuk menemaninya ke Baduy, karena ia akan naik haji.
•
Siapakah orang Baduy? Benarkah mereka memiliki agama
sendiri yang distingtif, berbeda dengan agama-agama yang diakui oleh
pemerintah?
Sepintas
Geografi Orang Baduy
•
Masyarakat Baduy bertempat tinggal di tanah adat
(ulayat) di daerah pedesaan di antara perbukitan dan pegunungan Kendeng, Banten
Selatan, yakni Desa Kanekes, Kecamatan
Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Letak Desa Kanekes sekitar 17
kilometer sebelah selatan kota Kecamatan Leuwidamar. Sekitar 38 kilometer
sebelah selatan kota Kabupaten Lebak. Sekitar 65 kilometer sebelah selatan Ibu kota Propinsi Banten. Dan, sekitar 172
kilometer sebelah barat Ibu kota Jakarta.
•
Luas desa ini 5.101,85 hektar yang terdiri dari
pemukiman masyarakat (2.101,85 hektar) dan hutan lindung mutlak (taneuh
larangan) seluas 3.000 hektar, yang menempatkannya sebagai wilayah desa terluas dibanding
rata-rata desa di Banten.
•
Masyarakat Baduy
berjumlah 10.879 jiwa, laki-laki 5.465 jiwa dan perempuan 5.414 jiwa, (Data Sensus Penduduk Desa Kanekes Pebruari 2008)
dengan pertumbuhan penduduk sebesar 1.79 % per tahun. Seiring pertumbuhan warga
yang pesat, perubahan lahan tempat tinggal (teritorial) pun terus menerus
berkembang meluas.
•
Secara administratif masyarakat Baduy dibagi menjadi
dua: Baduy Dalam dan Baduy Luar. Masyarakat Baduy Dalam yang berjumlah 1.053
jiwa menempati tanah yang didiami tiga kampung: Cikeusik, Cikertawa dan Cibeo.
Masyarakat Baduy Luar yang berjumlah 9.826 jiwa menempati tanah yang didiami 57
kampung dan 5 babakan (pemekaran kampung). Pada tahun 2003 diketahui bahwa
masyarakat Baduy Luar hanya memiliki 45 kampung dan 6 babakan.
Sosiografi
Orang Baduy
•
Sebutan Baduy kemungkinan berasal dari luar (terutama
sarjana Belanda), namun mungkin juga berasal dari fakta mereka berada di suatu
lokasi yang bernama sama (gunung dan sungai). Mereka sendiri lebih
mengidentifikasi diri berdasarkan nama desa atau kampungnya.
•
Terlepas dari sebutannya, mereka adalah orang Sunda
sebagaimana terlihat dari sebutan agama dan bahasa yang mereka biasa gunakan
sehari-hari.
•
Pihak luar mengatakan bahwa mereka adalah pelarian
dari Kerajaan Sunda yang beribu
kota
Pajajaran, namun mereka sendiri menolak anggapan itu dengan mengatakan bahwa
mereka memiliki kisah kejadian sendiri.
•
Sebagaimana istilah Sunda Wiwitan, Sunda
Pertama, mereka adalah manusia pertama yang dilahirkan di bumi, persisnya di
Kanekes sebagai inti jagad. Tuhan memang menciptakan Adam, tetapi mereka bukan
langsung berasal dari Adam. Mereka berasal langsung dari salah satu dari tujuh
Batara (Batara Tujuh atau Sanghyiang Tujuh).
Nama-Nama
Tuhan di Kalangan Orang Baduy
•
Sang Hiyang Keresa (Yang Maha Kuasa)
•
Nu Ngersakeun (yang Maha Menghendaki)
•
Batara Tunggal (Tuhan Yang Maha Esa)
•
Batara Jagat (Penguasa Alam)
•
Batara Seda Niskala (Yang Gaib)
Kosmologi
Baduy 1
•
Ada tiga alam: Buana Nyuncung, tempat
bersemayamnya Sang Hiyang Karesa; Buana Panca Tengah, tempat manusia dan makhluk lainnya; dan Buana Larang, tempat yang
menyerupai neraka. Di antara dua alam yang disebut pertama, ada 18 lapisan
alam, salah satu di antaranya yang teratas adalah Bumi Suci Alam Padang
(Alam Kahiyangan atau Mandala Kahiyangan).
•
Di alam yang memiliki 18 lapisan itulah bersemayam
semua Dewa Hindu (seperti Brahma, Wisnu, Syiwa, Indra, Yama dsb) termasuk Nyi
Pohaci Sanghiyang Asri dan Sunan Ambu. Semua tunduk kepada Sang Hiyang Keresa.
Kosmologi
Baduy 2
•
Kekuasaan Tuhan dipahami oleh umat Sunda Wiwitan
sebagai pencipta alam semesta. Dalam mitos penciptaan Baduy dijelaskan bahwa
“dunia pada waktu diciptakan masih kosong, kemudian Tuhan mengambil segenggam
tanah dari bumi dan diciptakanlah Adam.
•
Dari tulang rusuk Adam terciptalah Hawa. Tuhan juga
menciptakan Batara Tujuh, yaitu: (1) Batara Tunggal, (2) Batara Ratu, (3) Puun
yang dititipkan di Kanekes (Cikeusik, Cikertawana, Cibeo), (4) Dalem, (5)
Menak, (6) Putri Galuh dan (7) Nabi Muhammad yang diturunkan di Mekah. Batara
Tujuh merupakan Sanghyang Tujuh yang bersemayam di “Sasaka Domas” Dari mitos penciptaan ini, masyarakat
Baduy menyakini bahwa manusia yang pertama kali diciptakan di bumi ini berada
di Kanekes sebagai inti jagat, pancer bumi. Karena itu, mereka melaksanakan
ritual ibadah pemujaan di Sasaka Domas sebagai penghormatan kepada roh karuhun,
nenek moyang. Mereka menyakini juga agamanya adalah Sunda Wiwitan, bukan Hindu
ataupun Islam.
Kosmologi
Baduy 3
•
Nabi Adam diyakini oleh umat Sunda Wiwitan sebagai
simbol penciptaan manusia pertama yang berada di Sasaka Domas. Keyakinan
seperti ini terdapat juga di dalam agama masyarakat Jawa yang masih menghormati
raja-raja, nenek moyang, mereka.
•
Bahwa antara Nabi Islam, Batara Hindu dan raja Jawa
terdapat relasi genealogis, seperti termaktub di dalam pembukaan kitab Babad
Tanah Jawi: “Sejarah raja-raja Jawa berawal dari Nabi Adam sebagai sumbernya.
Nabi Adam menurut asal-usul menurunkan Nabi Sis. Nabi Sis sendiri kemudian
berputra Nurcahya. Nurcahya menurunkan Nurasa. Dari Nurasa lahir putranya yang
bernama Sang Hyang Wening kemudian menurunkan Sang Hyang Tunggal. Kemudian Sang
Hyang Tunggal berputrakan sang Batara Guru. Batara Guru berputra lima, diberi
nama: Batara Sambo, Batara Brama, Batara Maha Dhewa, Batara Wisnu, dan Dewi
Sri. Batara Wisnu, putra keempat dari Batara Guru, bertakhta di suatu kerajaan
di pulau Jawa, bergelar prabu Set. Istana Batara Guru itu yang disebut Suralaya
(Sudibjo, t.t: 7).”
Kosmologi
Baduy 4
•
Batara Tunggal yang dipercayai oleh umat Sunda Wiwitan
adalah manusia biasa yang tidak pernah mati, akan tetapi jasad dan rohnya
ngahiyang, sirna, dari dunia ini. Mereka menyakini juga bahwa Batara
Tunggal-lah yang mengatur nasib dan kehidupan manusia di muka bumi ini. Begitu
pun, Dalem dan Menak adalah karuhun, nenek moyang yang jasad dan rohnya
ngahiyang, sirna. Sebab itu, diyakini bahwa Kanekes tidak akan hilang hingga
saat ini, seiring terpeliharanya keturunan puun.
Inti
Ajaran Sunda Wiwitan
•
Mereka beriman kepada yang gaib, yang tidak bisa
dilihat dengan mata, tetapi dapat diraba dengan hati. Nabi-nabi yang diimani
secara eksplisit adalah Nabi Adam dan Nabi Muhammad. Mereka beriman kepada
hidup, sakit, mati dan nasib adalah titipan. Umat Sunda Wiwitan menjalankan
juga ritual ibadah sunah Rasul, yakni sunat atau khitan.
•
Ritus sunat diyakini sebagai nyelamkeun,
mengislamkan, bagi laki-laki pada umur 4-7 tahun dan juga perempuan. Dan,
mereka tak lupa melaksanakan ritual ibadah puasa kawalu, lebaran. Puasa ini
dilakukan hanya sehari pada bulan pertama, kedua, dan ketiga dalam setahun sekali.
Syahadat
Baduy Dalam
•
“asyhadu syahadat Sunda (asyhadu syahadat
Sunda)
•
jaman Allah ngan sorangan Allah
hanya satu
•
kaduanana Gusti Rosul kedua para Rasul
•
ka tilu Nabi Muhammad ketiga Nabi Muhammad
•
ka opat umat Muhammad keempat
umat Muhammad
•
nu cicing di bumi angaricing yang tinggal di dunia ramai
•
nu calik di alam keueung yang
duduk di alam takut
•
ngacacang di alam mokaha menjelajah
di alam napsu
•
salamet umat Muhammad” selamat
umat Muhammad
Syahadat
Baduy Luar
•
“asyhadu Alla ilaha illalah
•
wa asyhadu anna Muhammad da Rasulullah
•
isun netepkeun ku ati aku menetapkan
dalam hati
•
yen taya deui Allah di dunya ieu bahwa tiada lagi
Tuhan di dunia ini
•
iwal ti Pangeran Gusti Allah selain Pangeran Gusti Allah
•
jeung taya deui iwal ti Nabi tiada lagi selain
Nabi dan
•
Muhammad utusan Allah” Muhammad utusan
Allah
Pandangan
tentang Syahadat
•
Syahadat Baduy Dalam adalah syahadat Sunda Wiwitan
yang disampaikan kepada puun, sebagaimana masa Islam awal syahadat Islam
disampaikan kepada Nabi Muhammad. Sedangkan, syahadat Baduy Luar adalah
syahadat Islam yang diucapkan ketika melangsungkan pernikahan secara Islami.
•
Dalam konsepsi orang Sunda Wiwitan “kami mah ngan kabagean syahadatna wungkul, hente kabagean
sholat.” Bahwa mereka hanya memperoleh syahadatnya,
sedangkan rukun-rukun Islam lainnya tidak pernah diperoleh.
Sasaka
Domas
•
Kiblat ibadah pe-muja-an umat Sunda Wiwitan disebut Sasaka Domas, atau
Sasaka Pusaka Buana atau Sasaka Pada Ageung. Sasaka Domas adalah bangunan
punden berundak atau berteras-teras sebanyak
tujuh tingkatan. Setiap teras diberi hambaro, benteng, yang terdiri atas
susunan “menhir” (batu tegak) dari batu kali. Pada teras tingkat keempat
terdapat menhir yang besar dan berukuran tinggi sekitar 2 m. Pada tingkat
teratas terdapat “batu lumpang” dengan lubang bergaris tengah sekitar 90 cm,
menhir dan “arca batu”.
•
Arca batu ini
disebut Arca Domas. Domas berarti keramat, suci. Tingkatan teras, makin ke
selatan undak-undakan makin tinggi dan suci yang letaknya di tengah hutan tua
yang sangat lebat, hulu sungai Ciujung dan puncak gunung Pamuntuan. Bangunan
tua ini merupakan sisa peninggalan megalitikum. Sebagai kiblat
ibadah, Sasaka Domas diyakini sebagai tanah atau tempat suci, keramat, para
nenek moyang berkumpul.
Ritus
Muja 1
•
Di tanah suci ini umat Sunda Wiwitan melaksanakan
ritual pemujaan. Ritus muja adalah ziarah memanjatkan do’a dan membersihkan obyek utama pemujaan Baduy. Ibadah
ritual pe-muja-an di Sasaka Domas dipimpin oleh puun Cikeusik. Tujuan ritus
muja adalah untuk me-muja para karuhun, nenek moyang, dan menyucikan pusat
dunia. Dalam ritual ini hanya orang-orang tertentu yang melaksanakan muja atas
nama masyarakat Baduy secara keseluruhan,
yakni,
para puun dan orang-orang yang ditunjuk. Orang-orang ditunjuk melaksanakan
ritus muja bukan didasarkan kriteria tertentu. Ritual ini dilaksanakan selama
tiga hari: tanggal 16, 17, dan 18 pada bulan
Kalima. Waktu tiga hari ritual terbagi terdiri dari, dua hari untuk pergi dan
pulang dan sehari untuk ibadah ritual muja.
Ritus
Muja 2
•
Prosesi ziarah menuju ke Sasaka Domas harus melalui
sisi sebelah utara, tidak boleh dari sisi selatan. Ritual muja dimulai oleh
puun pada teras tingkat pertama, dengan menghadap ke selatan, arah puncak.
Selesai ritual muja biasanya pada tengah hari, sekitar pukul 11.00-13.00.
Setelah ritual muja, dilanjutkan dengan membersihkan dan membenahi pelataran
teras. Sampai pada teras teratas (ketujuh), para pe-muja menyucikan muka,
tangan dan kaki pada batu lumpang yang disebut Sanghyang Pangumbaran. Keadaan
air di dalam “batu lumpang” adalah simbol keadaan alam Baduy. Jika airnya penuh
dan jernih, menandakan akan turun hujan banyak, cuaca baik, dan panen berhasil. Sebaliknya, jika air dangkal dan
keruh menandakan kekeringan dan kegagalan panen. Pada keadaan “menhir” di
puncak, jika dipenuhi lumut menandakan akan mendapatkan kesentosaan dan
kesejahteraan dalam tahun bersangkutam, tetapi sebaliknya dapat memperoleh
kesengsaraan dan kesulitan.
Ritus
Muja 3
•
Umat Sunda Wiwitan yang berniat, tidak diwajibkan,
meminta berkah datang pada sore tanggal 18 Kalima dan menanti para pe-muja di
alun-alun depan rumah jaro Cikeusik atas nama dan restu puun Cikeusik. Mereka
membentuk kelompok berdasarkan asal kampungnya. Setiap kelompok beranggota 5-10
orang dan memiliki juru bahasa dari kokolot kampung. Juru bahasa berfungsi
mengantar, mengenalkan dan mengutarakan niat kedatangannya. Mereka wajib
berpuasa dan mengenakan pakaian yang baik dan bersih. Masing-masing orang
membawa sesaji dan uang kertas (semampunya) yang akan diserahkan kepada jaro
sebagai imbalan berkah. Berbuka puasanya tergantung pada kedatangan para
pe-muja dan setelah selesai mandi serta isyarat dari puun Cikeusik. Waktu
berbuka puasa biasanya antara pukul 15.00-19.00, waktu lingsir dan burit.
Berbuka puasanya dengan luluy yang disediakan oleh palawari. Luluy adalah
sejenis lemang atau lontong dari beras yang dibungkus daun patat dan dimasukkan
dan dimasak di dalam bambu. Palawari adalah 5-7 orang laki-laki yang bertugas
dan bertanggung jawab membuat luluy. Tujuan meminta berkah adalah memohon
keselamatan dan kemurahan rezeki.
Ritus
Muja 4
•
Prosesi meminta berkah di rumah jaro Cikeusik. Seluruh
kelompok duduk bersila di ruang tepas, sedangkan jaro duduk bersila di ruang
imah. Juru bahasa lebih dahulu masuk ke ruang imah menghadap jaro untuk
mengenalkan diri dan kelompoknya serta menyampaikan niat dan tujuan mereka.
Jaro duduk bersila di sisi selatan ruang imah menghadap utara, sedangkan juru
bahasa berada di sisi utara menghadap ke selatan (jaro). Juru bahasa langsung
menyerahkan sesajinya kepada jaro. Setelah menerima sesaji, jaro mengambil
sepotong luluy yang di dalamnya dimasukkan jukut komala dan lemah bodas. Jukut
komala, rumput permata adalah lumut yang menempel di teras tingkat kedua Sasaka
Domas, sedang lemah bodas, tanah putih. Keduanya diambil pada teras tingkat
kedua dari sebelah utara. Lalu, luluy diberi jampi-jampi, ditiup tiga kali dan
disuapkan kepada seorang peminta berkah. Akhirnya, juru bahasa memohon diri dan
keluar meninggalkan ruang imah, lalu mempersilakan anggota kelompoknya masuk ke
ruang imah secara bergiliran menghadap jaro. Mereka yang sudah mendapatkan
berkah segera ke luar rumah jaro. Prosesi ini berlangsung hingga larut malam,
bahkan pernah terjadi hingga fajar.
Ritus
Muja 5
•
Prosesi meminta berkah berkiblat kepada prosesi ziarah
ke Sasaka Domas, yakni berkiblat
menghadap ke arah selatan, tempat suci, Sasaka Domas. Karena itu, kiblat ibadah
pe-muja-an umat Sunda Wiwitan ke arah selatan. Hal ini berbeda dengan ibadah
shalat umat Islam Indonesia yang berkiblat menghadap ke arah barat, Ka’bah.
•
Pada dasarnya prosesi ibadah pe-muja-an di tanah suci,
Sasaka Domas mirip dengan prosesi ibadah haji di tanah suci, Ka’bah. Ibadah
haji dilaksanakan pada tanggal 8, 9, dan 10 Dzulhijah.
Pada tanggal 9 Dzulhijah umat Islam yang tidak melaksanakan ibadah haji
disunatkan berpuasa “Arafah.” Dan, sebagian umat Islam Indonesia berbuka puasa
biasanya dengan nasi lontong atau ketupat. Setelah jama’ah haji datang di rumah masing-masing, tidak sedikit
masyarakat Islam yang datang dan meminta berkah kepada orang yang telah
melaksanakan ibadah haji. Karena itu, yang jelas membedakan dengan Islam,
keimanan, dan ketaatan Sunda Wiwitan
kepada Tuhan terkandung di dalam makna simboliknya supaya senantiasa menjaga
dan melestarikan hutan, sungai, dan puncak gunung
berada dalam ekosistemnya supaya memberikan kedamaian dan kesejahteraan pada
umat manusia.
Pikukuh,
Aturan Adat Mutlak
•
Pandangan hidup (world view) umat Sunda Wiwitan
berpedoman pada pikukuh, aturan adat mutlak. Pikukuh adalah aturan dan cara
bagaimana seharusnya (wajibnya) melakukan perjalanan hidup sesuai amanat
karuhun, nenek moyang. Pikukuh ini merupakan orientasi, konsep-konsep dan aktivitas-aktivitas religi
masyarakat Baduy. Hingga kini pikukuh Baduy tidak mengalami perubahan apa pun,
sebagaimana yang termaktub di dalam buyut (pantangan, tabu) titipan nenek
moyang. Buyut adalah segala sesuatu yang melanggar pikukuh. Buyut tidak
terkodifikasi dalam bentuk teks, tetapi menjelma dalam tindakan sehari-hari
masyarakat Baduy dalam berinteraksi dengan sesamanya, alam lingkungannya, dan Tuhannya.
Ilustrasi
Pikukuh 1
•
buyut nu dititipkeun
ka puun buyut yang dititipkan kepada puun
•
nagara satelung puluh telu negara tiga puluh tiga
•
bangsawan sawidak lima sungai enam puluh lima
•
pancer salawe nagara pusat
dua puluh lima negara
•
gugung teu meunang dilebur gunung tak boleh dihancur
•
lebak teu meunang diruksak lembah tak
boleh dirusak
•
larangan teu meunang ditempak larangan tak boleh dilanggar
•
buyut teu meunang dirobah buyut tak
boleh diubah
•
lojor teu meunang dipotong panjang tak boleh dipotong
•
pondok teu meunang disambung pendek
tak boleh disambung
•
nu lain kudu dilainkeun yang bukan harus ditiadakan
•
nu ulah kudu diulahken yang lain harus dipandang lain
•
nu enya kudu dienyakeun yang benar harus dibenarkan
•
mipit kudu amit mengambil harus pamit
•
ngala kudu menta mengambil harus minta
Ilustrasi
Pikukuh 2
•
nyaur kudu diukur bertutur harus diukur
•
nyabda kudu diunggang berkata harus dipikirkan agar tak menyakitkan
•
ulah ngomong sageto-geto jangan
bicara sembarangan
•
ulah lemek sadaek-daek jangan
bicara seenaknya
•
ulah maling papanjingan jangan
mencuri walaupun kekurangan
•
ulah jinah papacangan jangan berzinah dan berpacaran
•
kudu ngadek sacekna harus menetak setepatnya
•
nilas saplasna menebas setebasnya
•
akibatna akibatnya
•
matak burung jadi ratu bisa
gagal menjadi pemimpin
•
matak edan jadi menak bisa
gila menjadi menak
•
matak pupul pengaruh bisa hilang pengaruh
•
matak hambar komara bisa hilang kewibawaan
•
matak teu mahi juritan bisa
kalah berkelahi
•
matak teu jaya perang bisa kalah berperang
•
matak eleh jajaten bisa hilang keberanian
•
matak eleh kasakten” bisa hilang kesaktian
Puun
•
Pemegang mandat pelaksana buyut di atas adalah puun. Sebab itu, terdapat buyut tindakan puun yang terkodifikasi secara
internal dalam diri puun:
-
tidak boleh beristri lebih dari seorang
-
tidak boleh makan daging
-
tidak boleh bertemu dengan orang luar sebelum mencapai
umur 25 tahun, kalau menjadi puun
dalam usia muda
-
makan harus menggunakan piring kayu, cangkir bambu
atau batok kelapa, tidak boleh
merokok
-
tidak boleh bepergian ke luar kecuali dipanggil pemerintah, itu pun tidak boleh naik kendaraan
•
Buyut bagi puun tersebut
diorientasikan supaya puun tetap terjaga kesuciannya dalam bertugas dan
bertanggung jawab melaksanakan buyut bagi umat Sunda Wiwitan.
Buyut
•
Dalam praktiknya buyut Sunda Wiwitan tersebut terbagi
menjadi dua jenis: buyut adam tunggal dan buyut nahun. Buyut adam tunggal
adalah tabu pokok dengan tabu-tabu kecil lainnya yang hanya berlaku bagi
masyarakat Baduy Dalam tangtu. Buyut nahun adalah tabu yang didasarkan hal-hal
pokok saja yang berlaku bagi masyarakat Baduy Luar penamping dan dangka.
•
Misalnya, pikukuh buyut mengolah tanah pertanian
menjadi sawah serta menanam pohon kopi
dan cengkeh hanya berlaku bagi masyarakarat Baduy Dalam tangtu, tetapi bagi
masyarakat Baduy Luar penamping dan dangka dibolehkan menanam pohon kopi dan
cengkeh Pelaksanaan buyut tersebut
dikokohkan dengan ritual penyapuan, pembersihan, atau sanksi. Tujuan ritual
penyapuan adalah membersihkan sumber kotoran dari batin pelanggar dan
lingkungannya. Ada dua sanksi yang harus dijalani. Pertama, disisihkan dari
lingkungan hidup sehari-harinya. Kedua, diturunkan status kewargaannya.
•
Selain itu, ada sanksi lain yang sangat berat, sebagai
berikut:
(1) pelanggar buyut langsung
ditindak, sedang yang suka rela harus
mengajukan permohonan undur rahayu kepada puun.
(2) pelanggar buyut ditetapkan
masa pembuangannya, biasanya 40 hari, sedangkan yang suka rela tidak.
(3) pelanggar buyut jika
dinilai baik dan ingin kembali ke tempat asalnya akan “diala,” setelah habis masa hukumannya, sedangkan yang suka rela jika ingin kembali ke tempat semua harus
mengajukan permohonan izin kepada puuni.
Tiga
Amalan Pikukuh
•
Orientasi pikukuh dilaksanakan oleh umat Sunda Wiwitan
untuk tiga amalan. Pertama, ngabara-tapa-keun,
amalan tapa terhadap inti jagat dan dunia. Tapa bukan melakukan samadi atau
tirakat berdiam diri di tempat sunyi, tetapi melakukan “banyak kerja dan
sedikit bicara”. Sebab itu, tapa Baduy adalah bekerja di ladang. Berladang
diamalkan bukan hanya sekadar menanam padi, melainkan juga sebagai amalan
ajaran agama. Kedua, ngare-remo-keun,
amalan menghormati dengan mengawinkan Nyi Pohaci Sanghyang Asri (Dewi Padi)
dengan bumi. Amalan kedua ini merupakan ajaran agama Sunda Wiwitan. Ketiga,
amalan mengekalkan pikukuh dengan melaksanakan semua aturan yang ada .
•
Pikukuh Sunda Wiwitan di atas dikukuhkan dengan
kearifan atau filsafat hidup sehari-hari. Filsafat hidup yang diajarkan di
dalam agama Sunda Wiwitan adalah bahwa “kehidupan manusia itu telah ditentukan
kedudukannya dan tempatnya masing-masing.” Filsafat hidup ini dapat menjelaskan
bahwa manusia harus menerima kodratnya masing-masing dan menempati tempat yang
sudah ditentukan. Manusia hidup di dunia ini tidak boleh berlebihan dalam
mencari kesenangan, cukup menerima yang sudah ada. Sebab itu, tujuan hidup bagi
umat Sunda Wiwitan adalah kebajikan (goodness)
yang dapat dicapai dengan jalan mentaati pikukuh yang sudah dikodratkan dan
yang diberikan kepada kita masing-masing. Jika tidak, berarti hidup itu tidak
baik yang akan dirasakan sebagai siksaan atau neraka.
Pandangan
Hidup
•
Hidup berarti narimakeun kana kadar (menerima
yang sudah ditentukan dan jauh dari hawa napsu). Dengan kata
lain, hirup narimakeun berarti
hidup menerima apa yang sudah menjadi bagiannya, sehingga membuatnya tidak
berani untuk berbuat atau hidup di luar yang ditentukan.
•
Pandangan hidup umat
Sunda Wiwitan yang dipraktikkan dalam ibadah ritual keagamaan yang diatur
dengan pikukuh dan ketaatan pada buyut itu akan menentukan keberhasilan panen
padi yang melimpah dan kesejahteraan umat manusia.
Anda salah satu pencinta permainan Sabung ayam?
BalasHapusMau bonus menarik setiap harinya???
Info hub
WA : 0822 6793 2581