Sabtu, 24 September 2016

Teori Sosiologi Klasik 1 tentang Agama



Materi Perkuliahan Sosiologi Agama, 25 September 2013
[Materi asli dalam bentuk Power Point]


Karl Marx tentang Agama

}  Masyarakat terdiri dari dua elemen pokok: Infrastruktur dan suprastruktur
}  Infrastruktur pada hakikatnya adalah sarana produksi yang terdiri dari daya produksi dan relasi produksi. Dengan kata lain, bersifat materi atau ekonomi.
}  Suprastruktur adalah bangunan yang terdiri unsur-unsur non material seperti ideologi, filosofi, politik, hukum, kesenian, kebudayaan, dan sebagainya.
}  Perubahan pada bangunan dasar akan menyebabkan perubahan pada bangunan atasnya (materialisme historis)


Agama sebagai Suprastruktur

}  Dalam pandangan Marx, agama adalah suprastruktur dan ideologi.
}  Sebagai suprastruktur, agama merupakan refleksi atau dipengaruhi oleh sarana produksi.
}  Dalam masyarakat primitif, agama mengekspresikan ketidakberdayaan manusia dalam menghadapi alam.
}  Dalam masyarakat borjuis, agama Kristen Protestan sejalan dengan produksi komoditas.
}  Kesimpulannya, dunia keagamaan hanya merupakan refleksi dunia nyata, atau agama merupakan produk sosial.


Agama sebagai Ideologi

}  Agama memberikan legitimasi kepentingan bagi kelas yang dominan.
}  Sebaliknya, agama adalah kesadaran palsu, candu bagi kelas yang tertindas karena memberikan semacam sikap pasrah, semeleh, bagi penderitaan mereka yang sebenarnya disebabkan oleh ulah kelas dominan.


Emile Durkheim tentang Agama

}  Agama adalah “... Suatu sistem yang terpadu mengenai kepercayaan, ritual yang bertalian dengan benda suci... benda yang dipisahkan atau terlarang... kepercayaan dan praktik yang menyatu dalam satu komunitas yang disebut jemaah, semuanya yang bertalian dengan itu.”


Unsur Agama 1: Kepercayaan

}  Kepercayaan merujuk kepada pengetahuan yang diyakini oleh umat, sesuatu yang bernilai, dianggap memiliki kebenaran, kebaikan, kebagusan.
}  Dengan kata lain, agama memiliki seperangkat nilai, sosialisasi tentang nilai tersebut.


Unsur Agama 2: Ritual

}  Ritual merujuk pada tindakan yang sama, seragam dalam suatu ruang dan waktu tertentu, terlepas dari individu-individu yang melakukannya.
}  Dalam pelaksanaannya, para pelaku ritual memperoleh pengalaman peruapan kolektif (collective effervescence).
}  Dengan kata lain, agama merupakan seperangkat norma yang mengatur tindakan para anggotanya, melakukan sosialisasi, menjatuhkan sanksi, dan juga memberikan sensasi bermakna.


Unsur Agama 3: Benda Suci

}  Benda suci atau sakral (tottem) merujuk kepada lambang atau simbol yang mewakili (collective representation) sesuatu yang bersifat spiritual, keilahian, ketuhanan.
}  Dengan kata lain, agama memiliki sesuatu lahiriah yang, terlepas dari wujudnya, menuntut penghormatan.


Unsur Agama 4: Jemaah

}  Jemaah merujuk kepada kolektivitas, sejumlah orang yang memiliki kepercayaan dan melakukan praktik perhormatan kepada benda suci.
}  Dengan kata lain, agama memiliki sejumlah orang yang taat.


Kesimpulan

}  Dalam konsepsi Durkheim, agama adalah penghormatan kepada benda suci;
}  Benda suci itu sendiri sesungguhnya adalah masyarakat;
}  Jadi, masyarakat = agama, bahkan Tuhan itu sendiri. Semuanya berfungsi sebagai sarana untuk mencapai solidaritas atau integrasi.


Max Weber tentang Agama

}  Agama adalah pengetahuan yang memberikan makna bagi manusia.
}  Dengan pengetahuan itu, manusia melakukan berbagai tindakan sosial untuk mengarungi dunia yang dipenuhi oleh ketidakpastian.
}  Dengan semakin berkembangnya masyarakat, manusia semakin terdorong untuk bertindak rasional, menyesuaikan cara dengan tujuan.
}  Dengan cara ini pula agama, sebagaimana aspek kehidupan sosial lainnya, berkembang, dari suatu yang bersifat magis hingga rasional seperti sekarang ini.


Berkembangnya Rasionalitas dalam Berbagai Segi Kehidupan

}  Pusat perhatian Weber terletak pada pertanyaan mengapa masyarakat Barat dapat berkembang pesat meninggalkan Timur yang lebih dulu maju?
}  Jawabannya adalah karena walau tertinggal, Barat kemudian dapat mengembangkan rasionalitas dalam berbagai kehidupannya, mulai seni, ilmu, teknologi, hukum, birokrasi, kapital, hingga agama sedemikian sehingga tercapai kesatuan sinergis (elective affinity) di antara berbagai bidang tersebut.


Rasionalitas Agama dan Ekonomi 1

}  Manifestasi hubungan yang erat dalam bidang-bidang yang mengalami rasionalisasi itu terlihat pada tesis Etika Protestan dan Spirit Kapitalisme.
}  Dengan merujuk kepada sejumlah negara yang paling maju di Eropa Barat, Weber mengidentifikasi bahwa masyarakat di negara itu menganut agama Protestan, khususnya sekte Calvinisme.
}  Sebagaimana lazimnya teologi Kristen, semua umat senantiasa berada dalam kebimbangan tentang nasib mereka di akhirat nanti, karena mereka tidak tahu siapa yang nanti dipilih Tuhan yang Maha Kuasa dan misterius itu sebagai pihak yang masuk surga.


Rasionalitas Agama dan Ekonomi 2

}  Namun khusus orang Calvinis, mereka berkeyakinan bahwa walau tidak tahu pilihan Tuhan, namun dengan bekerja keras, hidup hemat dan bersahaja, mereka setidaknya memiliki indikator tentang siapa yang nanti terpilih. Dengan kata lain, siapa yang berhasil menjadi kaya, kemungkinan besar akan terpilih masuk surga. Dan sikap inilah yang menurut Weber dapat menjelaskan mengapa negara-negara itu mengalami kemajuan dalam penumpukan modal.


Hubungan Agama dengan Kelas dan Status

}  Kelompok miskin cenderung memilih gagasan keagamaan yang menekankan  janji imbalan perilaku baik dan penghukuman bagi yang bertindak tidak adil.
}  Kaum petani cenderung menyukai kepercayaan magisme dan animisme.
}  Kaum birokrat condong pada agama yang bersifat rasional, etikal, dan kebatinan.
}  Kelas pekerja ditandai oleh ketidakacuhan atau penolakan pada ide keagamaan yang berlaku pada masyartakat borjuis modern.


Georg Simmel tentang Agama

}  Agama adalah sumber ketenangan, namun perlu diperhatikan bahwa manusia sebenarnya memproyeksikan dirinya sendiri kepada Tuhan.
}  Agama cenderung bersifat kolektif, berfungsi integratif. Hal ini merefleksikan kepercayaan Simmel bahwa masyarakat memang bukan merupakan kumpulan individu.


Kritik terhadap Agama Modern

}  Cenderung besar, sistem birokrasi yang tidak memberi ruang untuk kejujuran, subyektivitas, dan kebutuhan-kebutuhan ekspresif.
}  Karena itu Simmel menyaramkan agar ada rekonstruksi radikal dalam kehidupan spiritual.
}  Agama bukan seperangkat kepercayaan, tetapi sikap kejiwaan (soul).
}  Anti dogma: ide atas kepercayaan lebih penting ketimbang obyek kepercayaan itu sendiri.
}  Agama merupakan suatu realitas yang mampu menjembatani antara dunia subyektif dan obyektif.


Sigmund Freud tentang Agama

}  Agama terdiri dari kepercayaan-kepercayaan takhayul yang membuat para penganutnya relatif serupa dengan pasien-pasien yang mengidap penyakit kejiwaan yang disebutnya sebagai neurosis obsesional.
}  Tuhan adalah suatu proyeksi yang dibuat manusia yang kekanakan atas figur ayah untuk mengatasi rasa bersalah dan takut.


Unsur-Unsur Kepribadian

}  Setiap individu pada dasarnya terdiri Id, Superego, dan Ego.
}  Id merujuk kepada dorongan-dorongan biologis,  makan-minum dan, terutama, seks.
}  Superego merujuk kepada nurani, norma kemasyarakatan yang ada dalam individu yang cenderung menekan Id.
}  Sedangkan Ego adalah pihak yang menentukan mana yang harus diperhatikan dalam satu waktu dan tempat tertentu.


Konflik Id – Superego

}  Dalam kehidupan sehari-hari, individu harus berusaha mendamaikan konflik yang terjadi terus menerus antara Id dengan Superego.
}  Sepintas Superego seperti memiliki kekuatan yang lebih besar dalam menekan Id. Hal itu setidaknya terlihat dalam bagaimana individu berusaha menekan Id sedalam-dalamnya ke bawah sadar.
}  Namun justru di situ terletak permasalahannya, semakin ditekan, semakin kuat pula resistensi Id, sedemikian sehingga bila tidak ditangani dengan baik, diangkat ke atas kesadaran, individu condong akan mengalami masalah kejiwaan yang akut.


Oedipus Complex

}  Dorongan paling dahsyat dalam Id adalah naluri seksual yang sudah muncul sejak manusia berusia sekitar 4 tahun (fase genital).
}  Sejak anak-anak seorang lelaki telah memiliki dorongan seks kepada ibunya. Namun pada saat yang sama anak itu memiliki rasa takut dan bersalah pada ayahnya.
}  Ia merasa takut pada figur yang jauh lebih kuat dan berkuasa dibanding dirinya, namun karena begitu kuatnya keinginan sang anak untuk menyetubuhi sang ibu, timbul pikiran untuk membunuh ayahnya, suatu ide  yang kelak akan disesalinya.


Ritual Pengorbanan

}  Namun dalam uraiannya, Freud menyatakan bahwa hal itu sebenarnya bukan hanya terjadi pada tingkat ide, melainkan juga sebenarnya memang pernah terjadi di masa lalu.
}  Apa yang dipraktikkan oleh umat dalam ritual pengorbanan agama sebenarnya memang merupakan suatu simbolisasi tentang ketakutan dan penyesalan yang dilakukan para anak lelaki terhadap pembunuhan ayah mereka dalam upaya untuk memperoleh akses seks yang dulu dimonopoli sang ayah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar