Materi
Perkuliahan Sosiologi Agama, 25 September 2013
[Materi asli dalam bentuk Power Point]
Karl
Marx tentang Agama
} Masyarakat terdiri
dari dua elemen pokok: Infrastruktur dan suprastruktur
} Infrastruktur pada hakikatnya
adalah sarana produksi yang terdiri dari daya produksi dan relasi produksi. Dengan
kata lain, bersifat materi atau ekonomi.
} Suprastruktur
adalah bangunan yang terdiri unsur-unsur non material seperti ideologi,
filosofi, politik, hukum, kesenian, kebudayaan, dan sebagainya.
} Perubahan pada
bangunan dasar akan menyebabkan perubahan pada bangunan atasnya (materialisme
historis)
Agama
sebagai Suprastruktur
} Dalam pandangan
Marx, agama adalah suprastruktur dan ideologi.
} Sebagai
suprastruktur, agama merupakan refleksi atau dipengaruhi oleh sarana produksi.
} Dalam masyarakat
primitif, agama mengekspresikan ketidakberdayaan manusia dalam menghadapi alam.
} Dalam masyarakat
borjuis, agama Kristen Protestan sejalan dengan produksi komoditas.
} Kesimpulannya,
dunia keagamaan hanya merupakan refleksi dunia nyata, atau agama merupakan
produk sosial.
Agama
sebagai Ideologi
} Agama memberikan
legitimasi kepentingan bagi kelas yang dominan.
} Sebaliknya, agama
adalah kesadaran palsu, candu bagi kelas yang tertindas karena memberikan
semacam sikap pasrah, semeleh, bagi penderitaan mereka yang sebenarnya
disebabkan oleh ulah kelas dominan.
Emile
Durkheim tentang Agama
} Agama adalah “... Suatu sistem yang terpadu mengenai kepercayaan,
ritual yang bertalian dengan benda suci...
benda
yang dipisahkan atau terlarang... kepercayaan dan
praktik yang menyatu dalam satu
komunitas yang disebut jemaah, semuanya yang bertalian dengan itu.”
Unsur
Agama 1: Kepercayaan
} Kepercayaan merujuk
kepada pengetahuan yang diyakini oleh umat, sesuatu yang bernilai, dianggap
memiliki kebenaran, kebaikan, kebagusan.
} Dengan kata lain,
agama memiliki seperangkat nilai, sosialisasi tentang nilai tersebut.
Unsur
Agama 2: Ritual
} Ritual merujuk pada
tindakan yang sama, seragam dalam suatu ruang dan waktu tertentu, terlepas dari
individu-individu yang melakukannya.
} Dalam
pelaksanaannya, para pelaku ritual memperoleh pengalaman peruapan kolektif (collective
effervescence).
} Dengan kata lain,
agama merupakan seperangkat norma yang mengatur tindakan para anggotanya,
melakukan sosialisasi, menjatuhkan sanksi, dan juga memberikan sensasi
bermakna.
Unsur
Agama 3: Benda Suci
} Benda suci atau
sakral (tottem) merujuk kepada lambang atau simbol yang mewakili (collective
representation) sesuatu yang bersifat spiritual, keilahian, ketuhanan.
} Dengan kata lain,
agama memiliki sesuatu lahiriah yang, terlepas dari wujudnya, menuntut
penghormatan.
Unsur
Agama 4: Jemaah
} Jemaah merujuk kepada
kolektivitas, sejumlah orang yang memiliki kepercayaan dan melakukan praktik perhormatan kepada benda suci.
} Dengan kata lain,
agama memiliki sejumlah orang yang taat.
Kesimpulan
} Dalam konsepsi
Durkheim, agama adalah penghormatan kepada benda suci;
} Benda suci itu
sendiri sesungguhnya adalah masyarakat;
} Jadi, masyarakat =
agama, bahkan Tuhan itu sendiri. Semuanya berfungsi sebagai sarana untuk
mencapai solidaritas atau integrasi.
Max
Weber tentang Agama
} Agama adalah
pengetahuan yang memberikan makna bagi manusia.
} Dengan pengetahuan
itu, manusia melakukan berbagai tindakan sosial untuk mengarungi dunia yang
dipenuhi oleh ketidakpastian.
} Dengan semakin
berkembangnya masyarakat, manusia semakin terdorong untuk bertindak rasional,
menyesuaikan cara dengan tujuan.
} Dengan cara ini
pula agama, sebagaimana aspek kehidupan sosial lainnya, berkembang, dari suatu yang bersifat magis hingga
rasional seperti sekarang ini.
Berkembangnya
Rasionalitas dalam Berbagai Segi Kehidupan
} Pusat perhatian
Weber terletak pada pertanyaan mengapa masyarakat Barat dapat berkembang pesat
meninggalkan Timur yang lebih dulu maju?
} Jawabannya adalah
karena walau tertinggal, Barat kemudian dapat mengembangkan rasionalitas dalam
berbagai kehidupannya, mulai seni, ilmu, teknologi, hukum, birokrasi, kapital,
hingga agama sedemikian sehingga tercapai kesatuan sinergis (elective
affinity) di antara berbagai bidang tersebut.
Rasionalitas
Agama dan Ekonomi 1
} Manifestasi
hubungan yang erat dalam bidang-bidang yang mengalami rasionalisasi itu
terlihat pada tesis Etika Protestan dan Spirit Kapitalisme.
} Dengan merujuk
kepada sejumlah negara yang paling maju di Eropa Barat, Weber mengidentifikasi
bahwa masyarakat di negara itu menganut agama Protestan, khususnya sekte Calvinisme.
} Sebagaimana
lazimnya teologi Kristen, semua umat
senantiasa berada dalam kebimbangan tentang nasib mereka di akhirat nanti, karena mereka tidak tahu siapa yang nanti dipilih
Tuhan yang Maha Kuasa dan misterius itu sebagai pihak yang masuk surga.
Rasionalitas
Agama dan Ekonomi 2
} Namun khusus orang
Calvinis, mereka berkeyakinan bahwa walau tidak tahu pilihan Tuhan, namun
dengan bekerja keras, hidup hemat dan bersahaja, mereka setidaknya memiliki
indikator tentang siapa yang nanti terpilih. Dengan kata lain, siapa yang
berhasil menjadi kaya, kemungkinan besar akan terpilih masuk surga. Dan sikap
inilah yang menurut Weber dapat menjelaskan mengapa negara-negara itu mengalami
kemajuan dalam penumpukan modal.
Hubungan
Agama dengan Kelas dan Status
} Kelompok miskin
cenderung memilih gagasan keagamaan yang menekankan janji imbalan perilaku baik dan penghukuman
bagi yang bertindak tidak adil.
} Kaum petani
cenderung menyukai kepercayaan magisme dan animisme.
} Kaum birokrat
condong pada agama yang bersifat rasional, etikal, dan kebatinan.
} Kelas pekerja
ditandai oleh ketidakacuhan atau penolakan pada ide keagamaan yang berlaku pada masyartakat borjuis modern.
Georg
Simmel tentang Agama
} Agama adalah sumber
ketenangan, namun perlu diperhatikan bahwa manusia sebenarnya memproyeksikan
dirinya sendiri kepada Tuhan.
} Agama cenderung
bersifat kolektif, berfungsi integratif. Hal ini merefleksikan kepercayaan
Simmel bahwa masyarakat memang bukan merupakan kumpulan individu.
Kritik
terhadap Agama Modern
} Cenderung besar,
sistem birokrasi yang tidak memberi ruang untuk kejujuran, subyektivitas, dan kebutuhan-kebutuhan ekspresif.
} Karena itu Simmel
menyaramkan agar ada rekonstruksi
radikal dalam kehidupan spiritual.
} Agama bukan
seperangkat kepercayaan, tetapi sikap kejiwaan (soul).
} Anti dogma: ide
atas kepercayaan lebih penting ketimbang obyek kepercayaan itu sendiri.
} Agama merupakan
suatu realitas yang mampu menjembatani antara dunia subyektif dan obyektif.
Sigmund
Freud tentang Agama
} Agama terdiri dari
kepercayaan-kepercayaan takhayul yang membuat
para penganutnya relatif serupa dengan pasien-pasien yang mengidap penyakit
kejiwaan yang disebutnya sebagai neurosis obsesional.
} Tuhan adalah suatu
proyeksi yang dibuat manusia yang kekanakan atas figur ayah untuk mengatasi
rasa bersalah dan takut.
Unsur-Unsur
Kepribadian
} Setiap individu
pada dasarnya terdiri Id, Superego, dan Ego.
} Id merujuk kepada
dorongan-dorongan biologis, makan-minum
dan, terutama, seks.
} Superego merujuk
kepada nurani, norma kemasyarakatan yang ada dalam individu yang cenderung
menekan Id.
} Sedangkan Ego adalah pihak yang menentukan mana yang harus
diperhatikan dalam satu waktu dan tempat tertentu.
Konflik
Id – Superego
} Dalam kehidupan
sehari-hari, individu harus berusaha mendamaikan konflik yang terjadi terus
menerus antara Id dengan Superego.
} Sepintas Superego seperti memiliki kekuatan yang lebih besar
dalam menekan Id. Hal itu setidaknya terlihat
dalam bagaimana individu berusaha menekan Id sedalam-dalamnya
ke bawah sadar.
} Namun justru di situ terletak permasalahannya, semakin ditekan,
semakin kuat pula resistensi Id, sedemikian
sehingga bila tidak ditangani dengan baik, diangkat ke atas kesadaran, individu
condong akan mengalami masalah kejiwaan yang akut.
Oedipus
Complex
} Dorongan paling
dahsyat dalam Id adalah naluri seksual yang
sudah muncul sejak manusia berusia sekitar 4 tahun (fase genital).
} Sejak anak-anak
seorang lelaki telah memiliki dorongan seks kepada ibunya. Namun pada saat yang
sama anak itu memiliki rasa takut dan bersalah pada ayahnya.
} Ia merasa takut
pada figur yang jauh lebih kuat dan berkuasa dibanding dirinya, namun karena
begitu kuatnya keinginan sang anak untuk menyetubuhi sang ibu, timbul pikiran
untuk membunuh ayahnya, suatu ide yang
kelak akan disesalinya.
Ritual
Pengorbanan
} Namun dalam
uraiannya, Freud menyatakan bahwa hal itu sebenarnya bukan hanya terjadi pada
tingkat ide, melainkan juga sebenarnya memang pernah terjadi di masa lalu.
} Apa yang dipraktikkan oleh umat dalam ritual pengorbanan agama
sebenarnya memang merupakan suatu simbolisasi tentang ketakutan dan penyesalan
yang dilakukan para anak lelaki terhadap pembunuhan ayah mereka dalam upaya
untuk memperoleh akses seks yang dulu dimonopoli sang ayah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar