Sabtu, 24 September 2016

Teori Sosiologi Kontemporer 1 dan 2 tentang Agama



Materi Perkuliahan Sosiologi Agama, 3 Oktober & 10 Oktober 2012
[Materi asli dalam bentuk Power Point]


Jurgen Habermas

¨  Agama memiliki dua fungsi:
  1. Memberikan pengetahuan bahwa eksistensi  individu merupakan suatu bagian yang lebih besar; solusi bagi kesangsian kognitif.
  2. Memberikan ketenangan atas peristiwa-peristiwa kebetulan.
           
¨  Seperti Weber, ia sepakat bahwa modernisasi  membawa pengaruh yang mendalam pada agama tradisional, menempatkan hanya pada masalah makna dan tujuan hidup.


Menyurutnya Peran Agama

¨  Ilmu-ilmu sosial menggempur wilayah agama bertalian dengan nilai dan integrasi sosial.
¨  Imu sosial juga menggangsir keimanan dalam agama tradisional  yang selama ini mengklaim kebenaran mutlak.


Agama Sebagai Sistem Komunikasi

¨  Dengan adanya  pelembagaan proses tindakan komunikatif secara formal, wacana, agama menjadi tunduk pada daya rasionalitas dan menyurut menjadi bidang pribadi, terpisah dari ilmu dan politik.
¨  Dalam pandangannya, konsep Tuhan menyimbolkan proses yang mengikat suatu komunitas para individual yang memperjuangkan emansipasi.
¨  Agama sebenarnya merupakan struktur yang komunikatif, karena, tidak seperti di masa lampau, ada demarkasi yang tegas antara alam dan budaya, atau antara bahasa dan dunia.


Niklas Luhman

¨  Masyarakat modern dicirikan oleh diferensiasi institusional dan identitias individual yang pluralistik.
¨  Salah satu bentuknya adalah privatisasi agama. Sekularisasi merupakan konsekuensi proses diferensiasi sehingga sistem dalam masyarakat menjadi relatif, independen dari norma, nilai dan legitimasi keagamaan.


Bertahannya Agama

¨  Privatisasi agama mengimplikasikan bahwa keputusan-keputusan individu tentang agama menjadi terprivatisasi sebagaimana juga representasi-representasi sistem keagamaan.
¨  Walau demikian agama tetap memiliki fungsi. Di antaranya adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sistem lainnya, di luar itu agama juga mengurangi ketidakamanan.


Erving Goffman

¨  Kendati tidak membahas agama secara khusus, ada beberapa konsep yang dapat dipakai untuk menganalisis.
¨  Ritual meningkatkan sentimen bersama, dengan demikian menguatkan perasaan komunitas dalam diri para pelakunya.
¨  Dalam situasi institusi total ketika para anggotanya mengalami mortifikasi (penanggalan identitas lama), melakukan berbagai ritual penandaan dan penyeragaman, mereka tetap memiliki kebebasan bertindak dan tetap memiliki identitas subyektif.


Berger dan Luckmann

Tiga konsep kunci:
¨  Internalisasi: masyarakat menanamkan nilai dan norma oleh masyarakat kepada individu;
¨  Ekternalisasi: individu-individu mewujudkan dirinya ke dunia;
¨  Obyektivasi: berbagai tindakan individu itu kemudian mengeras menjadi benda obyektif (fakta sosial).


Dialektika Realitas

¨  Dalam pemahaman ini, kedua sosiolog itu dianggap dapat menjembatani antara dunia obyektif dan subyektif yang selama  ini cenderung berseberangan.
¨  Pada satu waktu, masyarakat menciptakan individu, di waktu lain justru individu yang menciptakan masyarakat.
¨  Dalam semangat yang sama, kita dapat melihat hubungan dialektika antara masyarakat dan agama.


Diferensiasi dan Erosi Agama

¨  Bagi mereka, agama adalah semesta simbolik. Manusia berusaha hidup dalam situasi nomos (keteraturan, kebermaknaan), menghindarkan anomie (kekacauan, ketiadaan hukum). Dalam konteks ini, agama memberikan  legitimasi bagi keteraturan institusi.
¨  Masyarakat modern cenderung mengalami diferensiasi, sebagai akibarnya institusi-institusi kemasyarakatan menjadi terpisah dari agama.
¨  Pada gilirannya ini mengakibatkan kehilangan struktur kemasukakalan (plausible structure), mengalami pluralisasi dunia, didorong dari ranah publik ke privat.


Agama Kasat Mata

¨  Walau berpandangan sama dengan Berger yang melihat bahwa masyarakat modern mengalami diferensiasi dalam struktur sosialnya, namun Luckmann beranggapan hal itu tidak berarti muncul situasi kekosongan dalam masyarakat.
¨  Bagi Luckmann segala sesuatu di dunia ini bersifat keagamaan. Ketika institusi agama mengalami pelemahan dan mengarah pada situasi anomie, masih ada fenomena lain yang dapat memberikan nomos. Misalnya, pertandingan sepak bola dan konser musik rock.


Pierre Bourdieu

ž  Dalam konsepsinya, manusia merupakan agen-agen yang berusaha untuk mengejar kepentingan hidupnya masing-masing dalam berbagai cara.
ž  Manifestasi perjuangan hidup agen-agen tersebut dapat dilihat melalui beberapa konsepsi kunci berikut: Habitus, Modal, Ranah dan Praktik.


Habitus, Modal, Ranah, dan Praktik

ž  Habitus merujuk kepada pengetahuan, aspek masyarakat  dalam diri individu, kebiasaan.
ž  Modal  merujuk kepada segala sesuatu yang dapat digunakan, baik ekonomi, sosial, kultural mau pun simbolik, untuk mencapai tujuan hidup.
ž  Ranah merujuk kepada konteks atau lokasi, tempat agen berada dan melakukan perjuangan hidup.
ž  Praktik, merujuk kepada berbagai tindakan yang dilakukan agen dalam masyarakat.
ž  Rumus:  Praktik = (Habitus x Modal) + Ranah


Aplikasi dalam Bidang Keagamaan

ž  Dalam upaya untuk memperoleh tujuan hidupnya, pemuka agama menjalankan berbagai praktik yang menguntungkan bagi dirinya sendiri dengan memanfaatkan pengetahuan dan modal dalam ranah yang dipilihnya.
ž  Kasus ini misalnya dapat dilihat pada perilaku pemuka agama yang dalam berbagai kesempatan senantiasa berdakwah tentang pentingnya hidup dalam nuansa keagamaan.  Dengan memanfaatkan jaringan pertemanan dan bahasa, ia berusaha  mendekati sejumlah orang dalam ranah-ranah tertentu dengan cara yang berbeda sesuai dengan karakteristik orang-orang yang menempatinya.
ž  Hasilnya adalah umat gagal mengenali apa yang dianggap merupakan kebenaran, dengan cara ini pemuka agama memperoleh kekuasaan dan menjalankan apa yang disebutnya sebagai kekerasan simbolik.


Hakikat Agama

ž  Bagi Bourdeu, agama terutama bertalian dengan pemapanan, legitimasi, dan reproduksi tentang ketimpangan sosial dan seluruh ketidakadilan yang dijalankan oleh pelaksananya.


Tradisi dan Institusi Keagamaan

ž  Tradisi-tradisi keagamaan sebagai pusat-pusat keagamaan yang menyosialisasikan individu dalam cara sedemikian sehingga menghasilkan kebiasaan berpikir dan sikap yang menguatkan atau menambah otoritas, privelese atau modal institusi keagamaan itu sendiri.
ž  Penganut agama gagal memahami keteraturan sosial  yang mereka anggap sebagai alami ketimbang diciptakan; sebagai akibatnya “status quo” dilegitimasi dan dipertahankan.
ž  Singkatnya, Bourdieu membayangkan institusi keagamaan sebagai mesin bagi distribusi suatu ideologi yang mempertahankan relasi kekuasaan yang tidak asimetris dalam masyarakat.


Tentang Tuhan

ž  “Tuhan tidak pernah lebih dari sekadar masyarakat. Apa yang diharapkan dari Tuhan dapat diperoleh dari masyarakat, yang memiliki kekuasaan untuk menjustifikasi dirimu, membebaskanmu dari  kebenaran, kontingensi, dan absurditas.”


Michel Foucault

ž  Agama  merupakan bagian kebudayaan paling penting yang melibatkan tradisi-tradisi keagamaan yang berbeda.
ž  Agama dikerangkakan dan diposisikan dalam dan melalui proses kekuasaan atau pengetahuan manusia. Agama memang biasanya bertalian dengan perwujudan kepercayaan.


Agama sebagai Seks dan Kekuasaan

ž  Agama  sesungguhnya  selalu bertalian dengan seksualitas dan tubuh manusia  karena perbincangan praktik-praktik keagamaan dan kepercayaan memusat di sekitar tubuh  dan selalu memberi perhatian kepada bagaimana orang melakukan sesuatu kepada tubuh mereka.
ž  Agama merupakan manifestasi kekuasaan, suatu sistem kekuasaan yang mengatur kehidupan melalui seperangkat  relasi kekuatan.


Anthony Giddens

ž  Masyarakat bergerak dari yang bersifat tradisional menuju modern. Dalam masyarakat tradisional, tradisi dan agama cenderung bertalian erat dalam memberikan kepercayaan dan (pengurangan) risiko.
ž  Sedangkan dalam masyarakat modern yang bertumpu pada pengetahuan yang bertumpu pada logika dan pengamatan empiris telah membuat keduanya berjauhan dan tidak lagi mampu dalam memberikan kepercayaan dan (pengurangan) risiko.
ž  Karena itulah, dalam masyarakat yang sangat modern muncul masalah-masalah moral baru, yang pada gilirannya menyumbang pada kebangkitan kembali agama.


Zygmunt Bauman

ž  Agama merujuk pada pemahaman manusia tentang diri mereka sendiri sebagai makhluk yang tidak sempurna dan tergantung pada intervensi dan pertolongan ilahiah.
ž  Di masa lalu, pemimpin agama cenderung menghasilkan konsumen-konsumen keagamaan. Mereka yang menetapkan topik-topik keagamaan secara sepihak dari atas  ke bawah.
ž  Hal ini tidak terjadi di masyarakat pasca-modern karena mereka mengejar kebahagiaan dan kesenangan, bukan keterbatasan & kesedihan manusia.
ž  Uniknya, justru pada masyarakat yang sama itu pula muncul  fundamentalisme keagamaan. Hal ini terjadi sejumlah konsumen yang karena gagal mengejar tujuannya berusaha menemukan tempat bersembunyi yang aman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar